Jumat, 30 Desember 2011

Serahkan Tahun Baru Kedalam Penyelenggaraan Tuhan

Apa yang diberlakukan bagi Bayi Yesus sebetulnya adalah apa yang selama ini terjadi dalam tradisi Israel. Dalam banyak hal tradisi Israel selalu merupakan reaksi terhadap tradisi bangsa-bangsa sekitar mereka yang ingin mengubah tradisi Israel sendiri. Mungkin akan menolong kalau kita melihat sekedar latar-belakang tradisi agamanya.

Salah satu dewa bangsa-bangsa sekitar Israel yang ditakuti bernama Molokh. Ini dewa api yang dipercaya sebagai dewa perusak. Untuk menyenangkan hatinya, orang mempersembahkan korban. Korbannya adalah anak laki-laki sulung. Anak laki-laki itu dibakar pada sebuah tiang. Tidak usah terkejut. Sampai abad 18(delapan belas) di negeri kita penduduk sekitar gunung berapi masih mempersembahkan anak mereka ke lubang kepundan gunung. Dengan cara itu mereka percaya gunungnya tidak akan sering meletus, mengeluarkan api yang menghancurkan segala sesuatu. Yang menarik adalah bagaimana Israel menjawab dan bersaksi ditengah bangsa-bangsa sekitarnya yang menganut gaya pengorbanan seperti ini. Jawaban Israel adalah tradisi sunat. Dalam sejarah Israel upacara sunat mulai dengan Abraham dalam Kejadian 17:10-11. Yang penting dalam peristiwa sunat itu adalah darah yang ditumpahkan. Darah adalah lambang nyawa. Maka penyunatan berarti menyerahkan nyawa anak kepada Tuhan.

Pada peristiwa dengan Bayi Natal, sunat dilakukan di rumah pada hari ke 8(delapan). Sementara sang ibu harus menunggu sekitar 40(empat puluh) hari setelah melahirkan, baru bisa mengikuti ibadah di Bait Suci. Maka ditempuhlah cara sebagaimana bacaan kita hari ini. Anak disunat pada hari ke 8(delapan), setelah 40(empat puluh) hari sang ibu bersama seluruh keluarga ke Bait Suci untuk mempersembahkan korban pentahiran, dan sekaligus menyerahkan anak kepada Tuhan. Anak dinyatakan sebagai milik Tuhan, ibunya dinyatakan tahir. Ada sukacita bagi seluruh keluarga.

Dalam perkembangan Gereja, Rasul Paulus yang dahulunya disunat juga secara khusus menyorot makna sunat dan penyerahan ketika Injil memasuki budaya Yunani yang tidak kenal sunat. Yang disunat di Yunani adalah budak-budak. Karena itu sunat dalam budaya Yunani adalah tanda pengenal budak. Sementara dalam Iman Israel, Sunat adalah tanda pemilikan oleh Allah. Melalui sejumlah pembahasan dalam surat-suratnya Paulus mengemukakan bahwa inti soal adalah penyerahan diri kepada Tuhan. Sunat harus dimengerti sebagai sikap hati yang menyerahkan diri kepada Tuhan. Tidak harus disunat secara fisik. Dengan demikian maka orang yang tidak disunat menurut tradisi Yahudi, tapi percaya kepada Yesus Kristus tetap diselamatkan oleh Yesus. Dari teologi Paulus inilah kemudian muncul praktek gerejawi dalam bentuk Baptisan Kudus bagi anak-anak. Tentu saja ini bukan ruangan untuk membahasnya. Cukuplah untuk diketahui bahwa Baptisan Anak itu adalah bentuk penyerahan anak dari orang-tua kepada Tuhan. Itu sebabnya orang-tua yang menjawab pada saat anaknya di baptis, bukan anak yang menjawab. Ada banyak argumentasi lain yang intinya entah tidak mendalami, entah tidak setuju dengan Rasul Paulus. Mereka ini mempersoalkan tentang baptis percik atau selam, baptisan anak atau dewasa. Ini bisa dibahas pada kesempatan pembinaan. Cukuplah untuk disadari bahwa Yesus diserahkan kepada Allah oleh Yusuf dan Maria. Itulah yang menjadi pokok pembicaraan kita.

Yusuf dan Maria pasti tidak memiliki visi yang hebat tentang masa depan bayi yang mereka serahkan kepada Tuhan di Bait Allah ini. Paling-paling harapan masyarakat umum. Semoga anak menjadi pelaku Taurat, atau kalau boleh akhli Taurat. Tapi satu hal bisa dipastikan. Mereka yakin bahwa tidak ada apapun yang akan terjadi atas bayi mungil ini kelak tanpa ijin Tuhan. Sebab mereka telah menyerahkan dia kepada Tuhan. Ini sesungguhnya yang menjadi iman penyerahan. Mereka melakukan sesuatu yang dari sudut tradisi Israel mungkin kuno, akan tetapi yang secara iman sampai kapanpun akan selalu relevan. Dari sinilah kita mau menimba pelajaran ketika memasuki tahun baru 2012 dengan semua tantangan dan pertanyaannya.

Salah satu hal paling menonjol pada manusia adalah rasa ingin tahunya. Pada mulanya manusia menerima keadaan apa adanya. Tapi ketika rasa ingin tahu pada manusia dibangkitkan maka segala sesuatu disikapi dengan rasa ingin tahu itu. Di masyarakat yang di pengaruhi oleh filsafat barat, rasa ingin tahu itu diasah melalui analisis. Di masyarakat yang di pengaruhi filsafat timur, rasa ingin tahu itu diasah melalui kegiatan para normal yang mistik. Yang menjadi persoalan adalah kalau sebuah masyarakat mencampurkan timur dan barat, maka yang mistik diberi bungkus rasional, dan yang rasional diberi bungkus mistik.

Hari ini kita memasuki tahun baru 2012. Dua tiga minggu sebelum 1 Januari dan sesudah 1 Januari, orang dirasuki rasa ingin tahu. Apa yang akan terjadi di tahun 2012. Maka para analis mulai bicara di jurnal ilmiah. Para-normal dan astrolog mulai bicara di media massa. Yang hebat kalau bicaranya makin provokatif, media massanya makin laku. Kalau yang diberitakan bahwa akan ada keinginan para bangsa untuk bersatu menanggulangi kemiskinan ... ya para-normal dan peramalnya tidak akan banyak laku. Tapi kalau dikatakan bahwa akan ada negara yang gonjang ganjing, akan ada revolusi berdarah-darah di kawasan tertentu ... maka ramalannya akan laku keras. Kalau dikatakan artis anu akan menikah dengan si fulan, ramalannya tidak laku. Tapi kalau dikatakan tahun ini delapan belas artis akan cerai ... naah peramalnya jadi terkenal dan orang sibuk menduga siapa dan siapa. Padahal cerai kan hal yang buruk. Entah bagaimana orang lebih banyak menyukai berita miring ketimbang berita lurus. Adagium (pepatah/pribahasa) "Bad News Goes Fast" - berita miring tersebarnya lebih cepat - dalam ilmu komunikasi pasti bukan hal yang salah.

Analisis bahwa akan ada banyak bencana alam, itu wajar saja. Dengan kerusakan alam dan lingkungan hidup yang diakibatkan ulah manusia yang serakah, maka hutan yang rusak pasti akan mengundang banjir. Kalau pemanasan global diteruskan maka pasti iklim akan kacau dan bumi yang makin panas akan mengakibatkan berbagai bencana. Analisis bahwa kemiskinan akan bertambah, itu wajar saja. Sumber alamnya tetap, manusianya makin banyak; sekarang 6(enam) milyar. Salah satu penyumbang pertambahan penduduk adalah Indonesia. Bagaimanapun juga mengurus banyak anak lebih sulit dari mengurus sedikit anak. Maka yang pertama, penting sekali secara dasariah adalah bagaimana "menyikapi" tahun 2012. Ini titik tolak dasariah untuk pengambilan sikap. Menyikapi secara dasariah ini butuh lebih dari sekedar analisi akademis. Dibutuhkan juga kearifan yang ditimba dari pengalaman kehidupan. Artinya, kita butuh landasan iman.

Sudah berapa umur bumi ini? ... mungkin sejuta tahun, mungkin jauh lebih dari itu. Kita perkecil saja cakupannya. Sudah berapa tahun Masehi yang dijalani sejarah?. Katakan saja 2012 tahun. Dengan segala jatuh bangun pada planet bumi, dengan segala jatuh bangun pada peradaban manusia sejak Tarikh Masehi (Sejarah/Waktu Tahun Masehi), ternyata Tuhan tetap memimpin dan mempertibakan kita pada hari ini. Maka kalau Tuhan mampu memelihara dan mengatur selama 2011 tahun, apa susahnya Tuhan untuk mengatur satu tahun lagi?. Tuhan pasti mampu mengaturnya. Mari lebih dipersempit lagi fokusnya pada pergumulan kita sebagai rumah-tangga bahkan sebagai pribadi. Sikap dasar untuk menjawabnya tetap sama. Kalau Tuhan mampu memimpin dan mengatur kehidupan sekian milyar orang dalam sekian tahun; Apa susahnya bagi Tuhan untuk menuntun hidup rumah-tangga saya dan saya pribadi untuk satu tahun lagi?. Tuhan pasti mampu melakukannya. Dia sudah melakukannya bagi kita sekian lama, dan Dia tidak keberatan untuk melakukannya untuk setahun berikut ini juga. Persoalannya adalah apakah kita menyerahkan hari-hari kehidupan kita kepada-Nya. Kalau diserahkan, maka Dia yang akan mengatur hidup kita. Sebab Dia sendiri bersabda: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" [Matius 28:20].

Selamat menjalani tahun baru 2012 saudaraku!, Tuhan menyertai kita. Bukan sampai akhir tahun 2011, tapi sampai kepada akhir zaman.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 01 Januari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Lukas 2:21-24
21. Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
22. Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
23. seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",
24. dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Kejadian 17:10-11
10. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;
11. haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.

Matius 28:20
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.

Bacaan Alkitab Pararel:

0 komentar:

Posting Komentar