Kamis, 29 Maret 2012

Prioritas Yesus

Pendahuluan
Didalam batas-batas tertentu perasaan ingin diterima, ingin diakui dan ingin dihargai, adalah kebutuhan kejiwaan manusia yang wajar. Namun awas bila berlebihan, bisa jatuh dalam godaan untuk meninggikan dan membesarkan diri, pada posisi dan kedudukan tertentu. Seperti halnya dalam keberadaan sebagai presbiter atau pengurus PelKat/Komisi, atau ketika keberadaan kita di gereja bukan lagi sebagai warga jemaat biasa, seringkali mendapat kehormatan dan menjadi perhatian. Disinilah ada tantangan dan godaan yang dihadapi, yaitu mengharapkan pelayanannya diakui atau dipuji orang lain serta mencari popularitas diri sendiri. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa ada saja orang di lingkungan gereja yang mau melayani, jika hal itu dirasa dapat mendatangkan keuntungan/pujian atau demi popularitas. Hal itu membuat seseorang telah jatuh pada godaan membesarkan diri serta kehilangan orientasi dalam menetapkan yang utama dalam kehidupannya.

Pemahaman Perikop
Kenyataan yang diungkapkan diatas, berbeda dengan apa yang kita lihat pada Yesus, meski mulai terkenal setelah Ia membangkitkan Lazarus, kemudian Ia diarak keliling kota Yerusalem. Yesus menjadi sangat terkenal dan diakui apa yang telah diperbuatnya, bahkan orang-orang Yunani pun mengetahuinya, sehingga ada beberapa orang Yunani yang ingin bertemu dengan-Nya (Yohanes 12:20-21). Pada saat berita itu sampai kepada-Nya, Dia berkata, "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan". Jawaban Tuhan Yesus bagi mereka terdengar janggal, sebab Ia justru bicara soal waktu dan kemuliaan (Yohanes 12:23). Apakah ini berkaitan dengan ketenaran pelayanan-Nya yang mulai merambah bahkan sampai diluar bangsa Israel, atau apakah Yesus makin dicari-cari dan dipuji?. Tidak!. Kemuliaan yang Tuhan maksudkan bukanlah kemuliaan seperti itu. Sebenarnya Yesus bicara tentang kematian-Nya di kayu salib yang semakin dekat. Dan kematian-Nya di kayu salib dikaitkan dengan saat kemuliaan.

Inilah ciri khas Injil Yohanes yang memaparkan kematian Kristus bersifat positif. Karena itu makna "kematian" Kristus dipergunakan kata "dimuliakan" (doxazo). Dalam Injil Yohanes pasal 12, beberapa kali menggunakan kata "dimuliakan", "memuliakan" (doxazo) yang menunjuk kematian Kristus. Demikian juga penegasan diri-Nya sebagai Anak Manusia, memang telah ditentukan jalan hidup-Nya untuk mati. Selanjutnya Yesus mengumpamakan kematian-Nya seperti biji gandum yang jatuh ke tanah agar dapat menghasilkan banyak buah. Dengan demikian orang-orang Yunani sebagai wakil dari bangsa-bangsa diluar Israel juga mendapat anugerah keselamatan Allah. Kematian Kristus tidak hanya berdampak kepada sekelompok umat tertentu saja, tetapi juga kepada seluruh umat manusia. Itu sebabnya kematian Kristus di kayu salib bukanlah suatu kehinaan yang harus dihindari, sebaliknya menjadi berkat bagi orang banyak.

Kesimpulan
Oleh karena itu penting bagi kita sebagai warga jemaat dalam memasuki masa Prapaskah I untuk mengingat :
Pertama,
sesungguhnya tidak ada kemuliaan tanpa salib, maka setiap orang harus menyangkal diri, atau menanggalkan kebiasaan sebelumnya yang mencari pengakuan dan pujian dari pelayanannya kepada Tuhan. Dalam kesediaan kita untuk memikul salib atau menanggung segala bentuk penderitaan sebagai konsekwensi dari pelayanan, disitulah sesungguhnya kita memuliakan Yesus.
Kedua,
merupakan tugas orang percaya untuk membawa orang datang dan mengenal Kristus yang disalib serta dimuliakan sebagai pusat pemberitaan. Sebab didalam salib itulah Yesus menunjukkan ketaatan, kesetiaan, dan kuasa yang sempurna, sehingga menghasilkan kehidupan-kehidupan yang lebih baik (biji gandum). Oleh karena itu mudah bagi kita memahami apakah pelayanan yang dilakukan untuk kemuliaan Tuhan atau tidak. Sebab pelayanan yang mempermuliakan Tuhan melalui salib akan menghasilkan buah, yaitu bertumbuhnya kehidupan-kehidupan umat menjadi lebih baik secara rohani, atau membawa kesukaan dan berkat bagi banyak orang.

Dalam menghayati pokok ini, ada kutipan yang patut kita renungkan, yang menyatakan : "No cross, no Crown, No Guts, no glory". Tanpa salib, tak ada kemuliaan. Melalui saliblah, Yesus menunjukkan ketaatan, kesetiaan dan kuasa yang sempurna.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 01 April 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Yohanes 12:20-33
  1. Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani.
  2. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus."
  3. Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus.
  4. Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
  5. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
  6. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
  7. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
  8. Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.
  9. Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!"
  10. Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: "Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia."
  11. Jawab Yesus: "Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu.
  12. Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar;
  13. dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
  14. Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Bacaan Alkitab Lainnya:

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 29 Maret 2012 16:05

Senin, 26 Maret 2012

Ditinggikan Pada Waktunya

Pengantar
Petrus adalah seorang rasul Yesus Kristus. Sebagai murid Yesus, ia dipilih Allah untuk memberitakan Injil, karenanya ia disebut rasul. Suratnya kepada jemaat-jemaat di Asia Kecil bagian utara dan timur (Pontus, Galatia, Kapadokia, Bitinia) bertujuan untuk menguatkan iman mereka.

Pemerintahan kekaisaran Romawi sebelumnya tidak menganiaya orang-orang Kristen namun setelah Domitianus berkuasa mulailah orang-orang Kristen dikejar-kejar. Itu terjadi sekitar tahun 81 bahkan juga sebelumnya oleh kaisar Nero pada tahun 64.

Pergumulan yang dihadapi oleh jemaat-jemaat Kristen ditanggapi serius oleh Petrus dengan mengirimkan surat kepada mereka. Kepada jemaat yang berkumpul dan beribadah dirumah-rumah. Petrus mengingatkan bahwa mereka akan banyak mengalami penderitaan. Karenanya jemaat diminta untuk meneladani Yesus yang siap sedia menanggung penderitaan. Yesus yang menderita bahkan mati dikayu salib pada akhirnya beroleh kemenangan lewat peristiwa kebangkitan-Nya. Lewat suratnya, Petrus menguatkan iman jemaat agar mereka bertahan dalam iman sekalipun didalam penderitaan. Pada waktunya Tuhan akan meninggikan mereka. Penderitaan yang dialami adalah pencobaan untuk menguji iman mereka yang pada akhirnya bertujuan agar mereka memperoleh puji-pujian, kemuliaan dan kehormatan (1Petrus 1:7).

Pendalaman Teks
Pasal 5:6-11 merupakan bagian yang utuh dari keseluruhan pasal 5 yang merupakan nasihat Petrus kepada para Penatua yang berada ditengah jemaat-jemaat di Asia Kecil. Mereka diminta untuk melayani jemaat dengan sebaik-baiknya melalui keteladanan dan cinta kasih. Pergumulan yang datang dari luar akan lebih mudah dihadapi apabila kondisi internal (di lingkungan sendiri) ada dalam keadaan yang baik. Yaitu apabila kasih dan damai bertumbuh didalam kehidupan keluarga dan persekutuan jemaat (1Petrus 3:8-12).

Ayat 6 : kesediaan untuk merendahkan diri dihadapan Tuhan akan membuat seseorang mau bersikap rendah hati dihadapan sesama. Tuhan Yesus katakan : orang yang merendahkan diri akan ditinggikan (Matius 23:12).

Ayat 7 : merendahkan diri dihadapan Tuhan hendaknya dinyatakan dengan hidup mengandalkan Tuhan. Menyerahkan kekuatiran kita kepada-Nya adalah bentuk merendahkan diri pada Tuhan dan keyakinan percaya akan kuasa-Nya yang memelihara kita.

Ayat 8-9 : kita harus selalu waspada atas berbagai tantangan hidup yang dapat muncul kapan saja, dimana saja dan yang datang dari siapa saja. Apabila tantangan itu muncul jangan lari!. Ia harus dihadapi tetapi jangan dengan kekuatan kita sendiri. Lawanlah dia dengan kekuatan yang dari Tuhan.

Ayat 10-11 : iman kepada Yesus Kristus akan mendatangkan pertolongan Allah sekalipun penderitaan harus dialami juga. Tetapi Ia akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengkokohkan kita oleh kuasa dan kemuliaan-Nya. Pada saatnya Ia akan meninggikan kita.

Pokok-Pokok Diskusi
  1. Percakapkanlah pengalaman iman saudara ketika mengalami tantangan atas iman saudara. Bagaimana saudara menghadapinya dan apa yang saudara lakukan untuk mengatasinya.
  2. Apakah saudara memetik pelajaran iman atas tantangan yang pernah saudara hadapi?. Percakapkanlah dengan mengingat penjelasan pada ayat 6 dan 7 diatas.
  3. Bagaimana saudara menyikapi perjalanan hidup kedepan, mengantisipasi kemungkinan munculnya tantangan baru?. Percakapkanlah berdasarkan penjelasan ayat 8-9 dan ayat 10-11 diatas.
Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 28 Maret 2012

Bacaan Alkitab Utama:
1Petrus 5:6-11
  1. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
  2. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
  3. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
  4. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
  5. Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.
  6. Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
Bacaan Alkitab Lainnya:
1Petrus 1:7
Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

1Petrus 3:8-12
  1. Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati,
  2. dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab:
  3. Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.
  4. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.
  5. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."
Matius 23:12
Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.


Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 26 Maret 2012 16:56

Kamis, 22 Maret 2012

Tetap Tunduk Walau Menderita

Umat Tuhan yang terkasih dalam Yesus Kristus, Seorang ibu yang anaknya sedang menderita sakit berdoa kepada Tuhan : "ya Tuhan pindahkanlah penyakit anak saya kepada saya. Biarlah saya saja yang menderita penyakit itu dan jadikanlah anak saya sehat kembali". Sang ibu yang dalam keadaan sehat bersedia agar dirinya sakit supaya anaknya terbebas dari sakit. Padahal sang anak menderita sakit karena kelalaiannya sendiri. Hidupnya tidak tertib dan pola hidupnya tidak sehat. Namun, sang ibu mau menanggung penyakit anaknya. Ia rela menanggung apa yang seharusnya tidak ia tanggung.

Ditengah kehidupan bermasyarakat saat ini, hampir-hampir tidak ada orang yang bersedia menanggung penderitaan yang seharusnya tidak ia tanggung. Yang banyak terjadi malah sebaliknya. Kesalahan yang nyata-nyata diperbuat justru diupayakan untuh dilimpahkan kepada orang lain agar ia terbebas dari hukuman yang seharusnya ia tanggung. Itulah yang kita baca dan saksikan di media massa hampir setiap hari. Seseorang yang diputus bersalah karena melakukan korupsi menyatakan dirinya tidak bersalah walaupun bukti-bukti untuk itu sangat kuat dan lengkap. Ia bahkan menyatakan bahwa si A dan si B yang bersalah. Untuk menegaskan kebenaran pernyataannya itu, ia merekayasa agar kesalahannya itu tertimpa kepada si A dan si B. Intinya, ia berusaha membuat dirinya terbebas dari hukuman atas kesalahan yang dibuatnya.

Yang Tuhan Yesus lakukan justru sebaliknya. Ia yang sama sekali tidak berdosa sedia mengambil segala dosa manusia kedalam diri-Nya agar manusia terbebas dari hukuman dosa. Akibatnya, Ia harus menanggung segala akibat dosa itu dengan penderitaan yang luar biasa. Ia dicaci-maki, dihina, dipukuli, dicambuk, dipaksa memikul salib, dan akhirnya mati di kayu salib. Ia menanggung penderitaan yang luar biasa padahal bukan Ia yang bersalah. Kesalahan dan dosa itu dibuat oleh manusia tetapi ditimpakan kepada-Nya dan Ia sedia menanggungnya. Itulah misi-Nya di dunia yang dikehendaki Bapa-Nya. Ia sadar akan kehendak Bapa-Nya untuk menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung. Ia tetap tunduk walau menderita.

Rasul Petrus menyampaikan Firman Tuhan bagi umat Kristen asal Yahudi yang berada di Asia Kecil dan sekitarnya agar mereka hidup sebagai hamba Allah yang hidup takut akan Allah. Itu harus ditunjukkan dengan menjalani kehidupan yang menghormati semua orang, mengasihi saudara-saudara dan menghormati raja (1Petrus 2:17). Pola hidup demikian menjadi suatu kesaksian bagi masyarakat luas. Rasul Petrus menasihatkan agar mereka melakukan perbuatan baik untuk membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh (1Petrus 2:15). Lebih jauh Rasul Petrus menegaskan bahwa sekalipun mereka harus menderita karena berbuat baik, mereka harus tetap melakukannya. Hal itu sama dengan Tuhan Yesus yang sedia menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung. Itu adalah kasih karunia Allah. Kesediaan untuk menanggung penderitaan yang sebenarnya tidak perlu ditanggung mendatangkan berkat tersendiri dari Allah. Itulah yang Allah lakukan kepada putera-Nya. Tuhan Yesus ditinggikan dan kepada-Nya dikaruniakan nama diatas segala nama (Filipi 2:9).

Seperti orang Kristen di Asia Kecil dan sekitarnya, kita pun saat ini dipanggil untuk hidup menjadi saksi Kristus ditengah masyarakat. Kita dipanggil untuk terus melakukan kebaikan ditengah masyarakat sekalipun tidak jarang kita mengalami tekanan dan dipersalahkan. Sebagai orang Kristen kita harus meneladani Kristus yang tetap tunduk kepada kehendak Bapa-Nya walau haru menderita. "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:17,20-21). Itulah yang Tuhan Yesus lakukan bagi kita. Ia mengalahkan dosa dengan berbuat kebaikan. Ia merengkuh semua dosa dunia kedalam diri-Nya dan membawanya ke bukit Golgota. Disana hukuman dosa dibinasakan bersama dengan kematian-Nya.

Minggu-minggu praPaskha ini mengajak kita untuk melihat hidup kesaksian kita sehari-hari. Kita diingatkan untuk menjalani kehidupan yang menyaksikan kemuliaan kasih Kristus dengan bersedia melakukan kebaikan bagi semua orang sekalipun harus menanggung penderitaan yang tidak harus kita tanggung.

Terpujilah Tuhan Yesus Kristus.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 25 Maret 2012

Bacaan Alkitab Utama:

1Petrus 2:18-25
  1. Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.
  2. Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
  3. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
  4. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
  5. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
  6. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
  7. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
  8. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Bacaan Alkitab Lainnya:

1Petrus 2:15
Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.


1Petrus 2:17
Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!


Filipi 2:9
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,


Roma 12:17
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!


Roma 12:20
Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.


Roma 12:21
Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 22 Maret 2012 15:55

Senin, 19 Maret 2012

Mencurangi Tuhan

Pengantar
Kitab ini judulnya "Keluaran" jika dibahasakan menurut terjemahan Perjanjian Lama kedalam bahasa Yunani (LXX = Setuaginta) memberi judul "Exodus", artinya "Pelepasan". Lazimnya disebut sehari-hari oleh kalangan orang-orang Gereja adalah "Kitab Keluaran", merupakan urutan kedua dari Kitab yang ditulis oleh Musa, dimana keseluruhan kitabnya diberi judul "Pentateukh". Dan "Pentateukh" itu terdiri dari 5 (lima) kitab yakni "Kitab Kejadian", "Kitab Keluaran", "Kitab Imamat", "Kitab Bilangan" dan "Kitab Ulangan", yang keseluruhannya sarat berisi hubungan secara sosio-keagamaan, yakni antara Tuhan dengan Israel. Tuhan telah memanggil Israel untuk menjadi bangsa-Nya yang harus memberi contoh "teladan" kepada bangsa-bangsa "lain" yang berdampingan dengan Israel supaya beribadah hanya kepada satu Tuhan (Paham Mono-Theisme).

Adalah bangsa Mesir yang tidak beribadah hanya kepada Tuhan. Bangsa Mesir itu justru menciptakan banyak "dewa" yang dipuja atau dipuji. Bahkan dihadapan "dewa dewa", bangsa Mesir ini pun beribadah dan mendaulatnya sebagai "tuhan tuhan yang berkuasa" atas negeri Mesir. Lain hal dengan bangsa Israel yang berada dibawah kepemimpinan Musa dan Harun yang mampu memperlihatkan praksis sosio-keagamaannya hanya beribadah dan mendaulat Tuhan ditengah-tengah praksis sosio-keagamaan bangsa Mesir. Namun sangat disayangkan, justru paham Mono-Theisme (Satu Tuhan) yang diperlihatkan oleh bangsa Israel mengalami tantangan dari bangsa Mesir yang berpaham Poly-Theisme (banyak tuhan). Malahan mengakibatkan bangsa Israel mengalami perhambaan dibawah kekuasaan Firaun. Tuhan sangat "marah" atas kejahatan Firaun, maka khusus melalui Musa, Tuhan hendak melepaskan Israel dari kejahatan Firaun di Mesir. Tujuan pelepasan Israel yang dilakukan Tuhan itu, bahwa Israel hendak dijadikan oleh Tuhan sebagai suatu bangsa yang berbeda dari bangsa-bangsa lain. Secara khusus, perbedaannya terletak pada kehadiran bangsa Israel ditengah-tengah kebangsaan lain di Tanah Perjanjian yang terus-menerus mempertahankan paham Mono-Theisme terhadap Allah Israel.

Musa-lah sebagai Nabi Tuhan yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan untuk memimpin pembebasan Israel yang selama ini menjadi budak-budak perhambaan Firaun. Supaya Israel di kelak kemudian dapat menjadi bangsa yang terus-menerus menjadi milik kepunyaan Tuhan yang melayani Dia dan yang memuliakan Dia dari antara bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa. Dan Tuhan akan mendatangkan hukuman atas perhambaan terhadap Israel, hukuman Tuhan itu nampak melalui "tulah-tulah" yang pernah didatangkan-Nya terhadap Firaun di Mesir. Demikian Firaun sebagai penerima hukuman Tuhan, berbeda dengan Israel yang akan mengalami pembebasan atas perhambaan di Mesir. Untuk kelanjutannya, maka Israel akan menjadi bangsa pengembara di padang gurun, dengan tujuan akhir yakni memasuki Tanah Perjanjian, suatu negeri yang dijanjikan oleh Tuhan sendiri kepada Israel.
Memahami Perikop Bacaan
Kalau begitu persoalannya sekarang, bahwa Firaun sebagai potret seorang yang sedang mencurangi Tuhan. Karena lihat saja ketika itu terbukti, bahwa Firaun dijauhkan Tuhan dari tulah munculnya "katak-katak" diseluruh tanah Mesir. Dalam pembacaan ini pun Tuhan menjauhkan Firaun dari tulah lalat pikat, namun demikian dia tetap berprinsip tidak membiarkan Israel untuk pergi beribadah hanya kepada Tuhan. Seandainya Firaun tidak sedang mencurangi Tuhan, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia sedang mendengarkan Firman Tuhan yang selama ini disampaikan oleh Musa. Tetapi bagi Tuhan : Mengapa kebebasan Israel tidak kunjung tiba yang dilakukan oleh Firaun sebagai penguasa di Mesir?. Itu sebabnya, dalam kaitan ini Tuhan terus-menerus meminta Firaun untuk mendengarkan Firman-Nya yang selama ini disampaikan oleh Musa. Jelas Firman yang berkaitan erat dengan upaya pembebasan Israel dari Mesir.

Berikut persoalannya sekarang ini, bahwa Firaun pun sebagai potret seorang yang tidak memiliki prinsip ibadah hanya kepada Tuhan. Berbeda dengan Musa yang dalam hal ini nampak dimata Tuhan, telah diizinkan oleh Firaun untuk pergi ke padang gurun dalam rangka berdoa kepada Tuhan. Doa Musa kepada Tuhan adalah prinsip ibadah yang sedang mendengar dan sedang melakukan Firman. Pada prinsipnya doa Musa harus dilihat sebagai prinsip ibadah yang mengikat antara umat dengan Tuhan-nya. Agar diri kita tidak tersiksa seperti Firaun yang selalu terancam oleh tulah Tuhan yang satu ke tulah Tuhan yang lain.

Firaun terkesan sedang berjalan ditempat, tidak memiliki kepiawaian untuk mengembangkan jati-diri kedalam ke-umat-an hanya kepada Tuhan. Karena itu kita harus bertolak dari pengalaman Musa, dengan demikian membuat kita menjaukan diri dari prinsip ibadah yang mencurangi Tuhan. Dimana kita harus mempertahankan "nilai-nilai" ibadah yang terkait dengan prinsip kepemimpinan, yakni senantiasa melakukan penataan "sosial" dalam ber-Gereja ditengah-tengah kemajemukan masyarakat dan bangsa.

Pertanyaan Reflektif
  1. Menurut kita, siapakah Tuhan-nya Musa?. (Bandingkan dengan Markus 1:44).
  2. Sejauh mana pengenalan kita terhadap kehadiran Israel sebagai bangsa Tuhan?. (Bandingkan dengan Yohanes 1:45).
  3. Apakah kita sekarang "gemar" mencurangi Tuhan, yakni dengan cara-cara seperti malas beribadah dan malas berdoa dan bahkan malas memberikan persepuluhan ke Gereja?.
  4. Bagaimana "kiat-kiat" kita dalam keadaan sekarang ini untuk membangun sebuah kepemimpinan didalam Gereja dan masyarakat yang saling membagi berkat suka-cita dalam kehidupan bersama?. Jelaskan dihadapan teman-teman kita?!.
  5. Adakah rencana kita untuk menata kehidupan sosial ber-Gereja dan sosial kemasyarakatan bagi masa depan bersama yang tanpa ada kecurigaan atau saling mencurangi antara individu yang satu dengan individu yang lain?. Jelaskan sebagai konsep memasuki masa depan yang melakukan ketergantungan sosial bersama.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 21 Maret 2012

Bacaan Alkitab Utama:
Keluaran 8:20-32.
  1. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Bangunlah pagi-pagi dan berdirilah menantikan Firaun, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai, dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku;
  2. sebab jika engkau tidak membiarkan umat-Ku itu pergi, maka Aku akan melepaskan pikat terhadap engkau, terhadap pegawai-pegawaimu, rakyatmu dan rumah-rumahmu, sehingga rumah-rumah orang Mesir, bahkan tanah, di mana mereka berdiri akan penuh dengan pikat.
  3. Tetapi pada hari itu Aku akan mengecualikan tanah Gosyen, di mana umat-Ku tinggal, sehingga di sana tidak ada terdapat pikat, supaya engkau mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, ada di negeri ini.
  4. Sebab Aku akan mengadakan perbedaan antara umat-Ku dan bangsamu. Besok tanda mujizat ini akan terjadi."
  5. TUHAN berbuat demikian; maka datanglah banyak-banyak pikat ke dalam istana Firaun dan ke dalam rumah pegawai-pegawainya dan ke seluruh tanah Mesir; negeri itu menderita karena pikat itu.
  6. Lalu Firaun memanggil Musa dan Harun serta berkata: "Pergilah, persembahkanlah korban kepada Allahmu di negeri ini."
  7. Tetapi Musa berkata: "Tidak mungkin kami berbuat demikian, sebab korban yang akan kami persembahkan kepada TUHAN, Allah kami, adalah kekejian bagi orang Mesir. Apabila kami mempersembahkan korban yang menjadi kekejian bagi orang Mesir itu, di depan mata mereka, tidakkah mereka akan melempari kami dengan batu?
  8. Kami harus pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah kami, seperti yang difirmankan-Nya kepada kami."
  9. Lalu kata Firaun: "Baik, aku akan membiarkan kamu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di padang gurun; hanya janganlah kamu pergi terlalu jauh. Berdoalah untuk aku."
  10. Lalu kata Musa: "Sekarang aku keluar meninggalkan tuanku dan akan berdoa kepada TUHAN, maka pikat itu akan dijauhkan besok dari Firaun, dari pegawai-pegawainya dan rakyatnya; hanya janganlah Firaun berlaku curang lagi dengan tidak membiarkan bangsa itu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN."
  11. Sesudah itu keluarlah Musa meninggalkan Firaun, lalu berdoa kepada TUHAN.
  12. Dan TUHAN membuat seperti yang dikatakan Musa: pikat itu dijauhkan-Nya dari Firaun, dari pegawai-pegawainya dan rakyatnya; seekorpun tidak ada yang tinggal.
  13. Tetapi sekali inipun Firaun tetap berkeras hati; ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.

Bacaan Alkitab Lainnya:
Markus 1:44
Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.

Yohanes 1:45
Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 19 Maret 2012 15:30

Kamis, 15 Maret 2012

Kepemimpinan Dibawah Kontrol Kuasa Firman

Dari bacaan Alkitab disini dapat dipahami kalau Allah sedang menyatakan kuasa-Nya dari tempat-Nya yang Maha Tinggi. Berdasarkan logika, bahwa realitas kuasa Allah itu melampaui dari segala kuasa manusia di bumi. Senada dengan pengajaran "Ilmu Agama-Agama", yakni Allah itu bersemayam dan berkuasa ditempat-Nya yang Maha Tinggi yang tidak terhampiri oleh akal-budi manusia yang menghuni bumi. Bagi keKristenan, setinggi apapun kuasa Allah itu, sesungguhnya dapat saja terhampiri oleh akal-budi manusia, jika manusia ciptaan Allah mau menghadirkan kerohanian yang mendalam didalam rohaninya. Tentu dalam upaya menghadirkan Allah, sebagaimana fenomena kehadiran Firman-Nya di bumi manusia seperti disaat kekinian. Kehadiran Firman yang harus didaulat, sebab memiliki kuasa terhadap segala bentuk kehidupan di bumi, Secara substansial, fenomena kehadiran Firman yang berkuasa itu, adalah kehadiran Allah yang berkuasa atas segala "apa yang ada" sebagai isi kandungan bumi. Dan seluruh isi kandungan bumi "yang bernafas" semuanya diciptakan oleh kuasa tangan Allah.

Uniknya, Allah yang berkuasa disini bukannya didaulat, melainkan nampak sekali ditantang oleh kuasa Firaun. Dan Firaun tidak sekedar menampakan kuasanya, melainkan dia telah menjadi simbol kehadiran manusia yang memiliki "hati yang keras" dihadapan Allah. Serta Firaun yang memiliki rohani yang menguasai dan membenarkan kehadiran "banyak tuhan" atau "banyak dewa" yang dibuat oleh tangan-tangan orang Mesir. Membuat Firaun menempatkan diri diatas kuasa Allah. Karena itu, wajar saja kalau Firaun selalu berhati keras terhadap kuasa Firman sebagai wujud kuasa Allah yang selama ini melalui kehadiran kuasa firman-Nya selalu diserukan oleh Musa dihadapan Firaun. Inti seruan Musa itu menyatakan : bahwa melalui kuasa Firman, Allah menghendaki agar Israel dapat dikeluarkan dan dibebaskan dari perbudakan di Mesir dan segera membiarkan Israel untuk melakukan ibadah kepada Allah. Tetapi Firaun tidak pernah memenuhi kehendak Firman yang berkuasa, justru Firaun terus-menerus menentang Allah yang pada hakekat-Nya berkuasa atas orang-orang di Mesir.

Dalam hal ini, sudah seringkali Firaun menyampaikan janji-janjinya terhadap Musa kalau Firaun sendiri akan memenuhi kehendak Allah. Seperti apa yang terlihat melalui pola rohaninya, bahwa Firaun meminta dan memerintahkan Musa untuk pergi berdoa kepada Allah, agar Dia yang berkuasa mau membebaskan tulah-tulah yang didatangkan-Nya selama ini di Mesir. Disinilah Firaun berjanji jikalau setelah doa Musa dipenuhi oleh Allah dan tidak ada lagi tulah-tulah yang didatangkan melalui kuasa Allah itu, maka Firaun akan memenuhi janjinya, yakni membiarkan Israel keluar dan bebas untuk pergi dan segera beribadah kepada Allah. Tetapi sangat disesali, bahwa Firaun selalu ingkar atas janji-janjinya kepada Musa bahkan terlebih khusus kepada kuasa Allah.

Bagaimanapun Allah yang berkuasa atas orang-orang Mesir tetap menimpali Firaun dengan tulah-tulah-Nya, sekalipun itu tidak dapat merubah sikap keras hatinya Firaun. Dan bagaimanapun Allah tetap mempergunakan kuasa-Nya yang pada akhirnya dapat dilihat sendiri, bahwa Firaun atau orang-orang Mesir diyakinkan oleh Allah bahwa sesungguhnya Dia lebih unggul dan Dia pun lebih berkuasa dari segala kuasa "yang ada" di bumi. Kuasa Allah itu telah diperlihatkan-Nya kepada Firaun atau kepada orang-orang Mesir, bahwa Dia melampaui segala adat-istiadat atau peradaban Firaun atau peradaban orang-orang Mesir, bersama segala karya cipta yang terkait dengan upaya yang selama ini telah menghadirkan "tuhan tuhan" atau "dewa dewa" di Mesir. Serta bagaimanapun Allah telah memperlihatkan kuasa-Nya, bahwa Allah senantiasa mendekati dan mempergunakan orang-orang dalam lingkungan Mesir, seperti Musa dan Harun. Mereka berdua itu dihadirkan oleh Allah untuk menjadi pemimpin-pemimpin dalam upaya membawa Israel bebas dan keluar dari Mesir. Mesir adalah sebuah negeri yang terkenal dengan sebutan "negeri seribu tuhan" atau "negeri seribu dewa".

Upaya membebaskan Israel sangatlah penting bagi Musa dan Harun untuk merapatkan diri, sebagai satu kesatuan pribadi yang diharapkan Allah agar dapat membawa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Oleh sebab itu, para pemimpin tidak dapat menjalankan kepemimpinan seorang diri. Mereka itu harus memiliki partner kepemimpinan, supaya terhindar dari kepemimpinan yang "individualistis". Dan terkesan "otoriter" yang tidak baik untuk suatu kepemimpinan, apalagi di lembaga yang bersifat ke-Tuhan-an, maupun juga di lembaga-lembaga sekuler. Dalam hubungan ini, Musa dan Harun merupakan ke-dwi-tunggalan dalam kepemimpinan yang dibenarkan oleh Allah. Sebuah pembenaran yang dilakukan oleh Allah sendiri ditengah-tengah kuasa Firaun di Mesir yang kepemimpinannya tidak pernah dibenarkan oleh Allah.

Ke-dwi-tunggalan dalam kepemimpinan selalu nampak, ketika Musa menjalankan perintah Allah yang diteruskannya kepada Harun untuk berseru kepada Firaun agar melepaskan Israel dari Mesir. Jika hatinya Firaun bersikeras untuk tidak mau mendengarkan seruan Harun, maka Allah mendatangkan mujizat sebagai tanda hukuman terhadap kekerasan hati Firaun, juga terhadap kerasnya hati orang-orang Mesir. Supaya Firaun dan orang-orang Mesir tahu, bahwa Allah Musa itu adalah juga Allah Harun, dan adalah juga Allah-nya Israel yang mengacungkan "amarah" kuasa tangan-Nya dihadapan Firaun, apabila Firaun tidak melepaskan Israel dari Mesir.

Secara hakiki, kita disebut sebagai "Israel baru" yang telah memperoleh pembenaran dari Allah untuk memaknai alam kebebasan yang diciptakan-Nya. Kita tidak bisa berpangku-tangan, malainkan harus mengacungkan tangan kita keatas sebagai isyarat, bahwa kita adalah "pemimpin". Khususnya pemimpin spiritual (kerohanian) yang harus memiliki "jiwa pembangun" didalam melaksanakan kepemimpinan yang rendah hati bagi kehidupan di bumi ciptaan Allah. Kita harus bisa membangun kepemimpinan dibawah kontrol kuasa Allah yakni melalui kehadiran kuasa firman-Nya, untuk memberi motivasi kepada orang-orang lain agar melakukan suatu kegiatan "tertentu" secara seksama yang berkenan bagi Allah dan yang bernilai kebaikan bagi sesama didalam lingkungan hidup yang diciptakan oleh Allah. Allah itu sungguh-sungguh berkuasa dan melalui kuasa-Nya selalu membebaskan dan mengeluarkan kita dari "kemelut kehidupan" yang selalu nampak disekitar kita. Dan marilah kita segera beribadah kepada "Allah Yang Maha Kudus" dalam upaya memasuki masa depan kehidupan yang selalu berada dibawah kontrol kuasa firman-Nya. Amin.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 18 Maret 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Keluaran 7:1-7
  1. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.
  2. Engkau harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun, abangmu, harus berbicara kepada Firaun, supaya dibiarkannya orang Israel itu pergi dari negerinya.
  3. Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.
  4. Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan mendatangkan tangan-Ku kepada Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku, umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang berat.
  5. Dan orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari tengah-tengah mereka."
  6. Demikianlah diperbuat Musa dan Harun; seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka, demikianlah diperbuat mereka.
  7. Adapun Musa delapan puluh tahun umurnya dan Harun delapan puluh tiga tahun, ketika mereka berbicara kepada Firaun.
Bacaan Alkitab Lainnya:

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 15 Maret 2012 18:48

Senin, 12 Maret 2012

Ketekunan Menghantar Kita Menerima Apa Yang Dijanjikan

Pengantar

Surat Ibrani ditulis oleh orang yang tidak diketahui identitasnya. Ada upaya-upaya untuk menghubungkan surat Ibrani itu sebagai buah pena dari rasul Paulus. Misalnya, ada beberapa terjemahan dari versi Alkitab memberikannya judul "Surat Paulus kepada orang Ibrani" namun menurut para ahli hal itu kurang tepat. Ada beberapa alasan, menurut John Drane dalam bukunya : "Memahami Perjanjian Baru" ada 6 (enam) alasan, 3 (tiga) diantaranya adalah :
Pertama,
"bahwa surat ini tidak dalam bentuk surat yang lazim. Apabila Paulus menulis surat, ia selalu mengikuti kebiasaan umum para penulis surat Yunani"; misalnya, Paulus selalu mengawali suratnya dengan sapaan dalam bentuk salam kepada para pembacanya. Setelah itu barulah ia menyampaikan isi suratnya, dan diakhiri dengan salam penutup. Hal tersebut tidak nampak dalam surat Ibrani;
Kedua,
dari segi bahasa serta gaya bahasa, surat Ibrani sangat berbeda jika dibandingkan dengan surat-surat Paulus. Surat Ibrani mempunyai gaya bahasa Yunani yang terbaik di seluruh Perjanjian Baru, dan mencapai standar sastra yang jauh lebih tinggi daripada yang dapat dicapai oleh Paulus;
Ketiga,
pokok-pokok yang menjadi perhatian dalam surat Ibrani juga sangat berbeda dengan hal-hal yang diperhatikan Paulus (penjelasan dari pokok ini serta alasan-alasan lainnya silahkan baca buku John Drani).
Karena tidak diketahui identitasnya, Origenes, bapa gereja dari abad ketiga pernah mengatakan bahwa "hanya Allah yang mengetahui siapa sebenarnya penulis surat ini".

Kitab Ibrani yang ditulis pada masa menjelang penganiayaan yang dicetuskan oleh kaisar Nero ditujukan kepada jemaat yang berlatar-belakang Yahudi Helenis di Roma. Tujuan penulis menulis surat ini untuk memberikan kekuatan dan penghiburan kepada jemaat agar mereka tetap mempertahankan iman kepada Kristus di tengah berbagai tekanan hidup yang sedang mereka hadapi. Karena tekanan hidup ini maka ada kecenderungan jemaat untuk kembali kepada keyakinan mereka yang dahulu yaitu kembali kepada agama Yahudi, sebab pada waktu itu agama Yahudi merupakan agama yang diizinkan menurut hukum Roma, sedangkan agama Kristen tidak. Alasan lain penulis surat Ibrani menulis surat ini adalah memang ada kenyataan yang terjadi bahwa orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi masih saja mengikuti tuntutan-tuntutan hukum Taurat dalam agama Yahudi, misalnya sunat, dan tetap mempersembahkan korban di Bait Allah.

Terhadap penindasan dan penganiayaan yang dialami oleh pembaca surat ini, penulis surat Ibrani dengan sungguh-sungguh menasehati dan meyakinkan mereka agar mereka tidak melepaskan kepercayaannya kepada Kristus, sebab besar upah yang menanti mereka (Ibrani 10:35).

Pemahaman Teks

Dalam teks ini, penulis surat Ibrani mengungkapkan kunci utama bagaimana cara orang percaya mendapatkan apa yang dijanjikan, yaitu melalui KETEKUNAN (Ibrani 10:36). Memang untuk mendapatkan sesuatu tidaklah mudah, sebab banyak tantangan dan rintangan yang menghadang. Karena itu dibutuhkan kerja keras, dibutuhkan semangat yang tidak pernah memudar, dibutuhkan komitmen yang tinggi. Artinya, untuk mendapat sesuatu, seseorang harus menjadi pejuang yang tangguh. Dalam diri seorang pejuang yang tangguh tidak mengenal istilah menyerah (never give up). Itulah yang disebut dengan ketekunan. Penulis surat Ibrani memotivasi para pembacanya agar mereka sungguh-sungguh bertekun dalam mempertahankan keyakinan mereka kepada Kristus sampai Kristus datang. Karena Kristus tidak akan menangguhkan kedatangan-Nya (Ibrani 10:37). Mereka harus hidup dalam kebenaran, yaitu tetap beriman kepada Kristus apapun rintangan yang menghadang mereka tidak boleh menyerah, tidak boleh mundur. Sebab kalau mereka menyerah dan mundur dari keyakinannya, maka Allah tidak berkenan kepada mereka (Ibrani 10:38). Apa dampaknya jika mereka mengundurkan diri?. Dampaknya adalah mereka tidak mendapatkan apa yang dijanjikan yaitu mahkota kemuliaan dalam bentuk kehidupan yang kekal bersama Yesus di sorga; melainkan kebinasaan. Tetapi kita, kata penulis surat Ibrani, bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup (Ibrani 10:39).

Pertanyaan
  1. Apa yang melatar-belakangi sehingga penulis surat Ibrani menasehati dan mendorong para pembacanya untuk bertekun?.
  2. Menurut penulis surat Ibrani apakah dampak jika umat Tuhan bertekun dalam kepercayaannya, dan apakah dampak jika mereka tidak bertekun dalam kepercayaannya?.
  3. Dalam konteks kehidupan sekarang, apakah situasi yang saudara alami sama seperti yang dialami umat Tuhan yang menjadi alamat surat ini?. Jika ya ataupun tidak, bagaimana saudara mengaplikasikan ketekunan dalam perjuangan iman saudara?.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 14 Maret 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Ibrani 10:36-39
  1. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
  2. Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
  3. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.
  4. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Ibrani 10:35
Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.

Bacaan Alkitab Pararel:

Catatan:
Yahudi Helenis :Orang-orang Yahudi yang bahasa dasar sehari-harinya bahasa Yunani.
Post: 12 Maret 2012 12:02

Rabu, 07 Maret 2012

Pengorbanan Yesus Lebih Dari Segalanya

Penulis kitab Ibrani tidak diketahui identitasnya, menurut Origenes bapa gereja dari abad ketiga "hanya Allah yang mengetahui siapa sebenarnya penulis surat ini", penulis kitab ini mempunyai dua tujuan saat ia menulis surat ini, yaitu :


Pertama,
untuk memberikan kekuatan dan penghiburan kepada jemaat agar mereka tetap mempertahankan iman kepada Kristus ditengah berbagai tekanan hidup yang sedang mereka hadapi. Karena tekanan hidup ini maka ada kecendrungan jemaat untuk kembali kepada keyakinan mereka yang dahulu (murtad), yaitu kembali kepada agama Yahudi, sebab pada saat itu agama Yahudi merupakan agama yang diizinkan menurut hukum Roma, sedangkan agama Kristen tidak.
Kedua,
adanya kenyataan yang terjadi bahwa orang Kristen yang berlatar-belakang Yahudi masih saja mengikuti tuntutan-tuntutan hukum Taurat dalam agama Yahudi, salah satunya adalah tetap mempersembahkan korban penghapusan dosa untuk memperoleh keselamatan. Terhadap kenyataan ini, ia mendorong pembacanya untuk meninggalkan cara-cara itu, karena hal itu tidak ada lagi faedahnya bagi mereka.

Kedua hal inilah yang menjadi sorotan penulis kitab Ibrani dalam bacaan saat ini. Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa "didalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri" (Ibrani 10:1a). Agama Yahudi menawarkan keselamatan bagi pengikut-pengikutnya dengan cara melakukan tuntutan hukum Taurat, yaitu mempersembahkan korban yang sama, dan dilakukan berulang-ulang setiap tahunnya. Menurut penulis kitab Ibrani, tuntutan hukum Taurat dengan mempersembahkan korban tidak dapat menyelamatkan orang yang mengambil bagian didalamnya, karena persembahan melalui korban itu tidak sempurna (Ibrani 10:1b). Ada dua kenyataan yang menandakan korban itu tidak sempurna, yaitu :
Pertama,
korban yang sama itu dilakukan berulang-ulang setiap tahunnya. Jika korban itu sempurna maka seharusnya persembahan itu hanya dilakukan satu kali untuk selama-lamanya (Ibrani 10:2). Justru dengan mempersembahkan korban setiap tahunnya, orang diperingatkan akan adanya dosa (Ibrani 10:3), bukan untuk menghapus dosa.
Kedua,
pada kenyataannyatidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapus dosa (Ibrani 10:4). Artinya tidak mungkin korban binatang menghapus dosa manusia. Menurut Penulis kitab Ibrani, Yesus tahu akan hal ini, karena itu Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki". Artinya, Yesus tahu bahwa Allah tidak berkenan kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa. Yang Allah kehendaki adalah agar Yesus mempersembahkan tubuh-Nya sebagai korban tebusan dosa yang dilakukan satu kali untuk selamanya. Yesus menyanggupi kehendak Allah, karena itu Ia datang kedalam dunia untuk melakukan kehendak Allah (Ibrani 10:5-7).

Pengorbanan yang dilakukan Yesus melebihi segala korban-korban yang dipersembahkan setiap tahunnya oleh imam di Bait Allah. Sebab pengorbanan Yesus yang dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya itu dapat mengkuduskan manusia, sehingga manusia dapat mendekati Allah yang Kudus itu. Sebagai tanda bahwa manusia telah dikuduskan dan dapat mendekati Allah, telah dilaporkan oleh penulis-penulis kitab Injil yaitu ketika Yesus mati di kayu salib, tabir yang menutup jalan masuk ke tempat yang kudus di Bait Allah terbelah dua (Matius 27:51 | Markus 15:38 | Lukas 23:45). Hal ini menunjukkan bahwa dengan kematian Yesus semua manusia dilayakkan untuk masuk kedalam tempat kudus-Nya. Seperti yang dikatakan penulis kitab Ibrani "Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri," (Ibrani 10:19-20). Dilayakkan untuk masuk ketempat kudus bukan saja terjadi saat kita datang menyembah-Nya di dunia ini, tetapi hal ini akan terjadi ketika kita akan meninggalkan dunia ini, kita akan masuk ketempat kudus-Nya (sorga) dimana Yesus bertindak sebagai Imam Besar Agung.

Saat ini kita berada di minggu-minggu praPaskha. Minggu-minggu praPaskha adalah minggu-minggu dimana kita diingatkan akan perjuangan Yesus untuk melakukan kehendak Allah melalui penderitaan-Nya. Firman Tuhan yang kita baca saat ini hendak mengingatkan kita bahwa melalui penderitaan Yesus sampai pada kematian-Nya di kayu salib telah menyempurnakan hidup kita sehingga kita dilayakkan untuk mendekati Allah dalam kekudusan-Nya. Dengan demikian pengorbanan Yesus di kayu salib adalah korban yang sempurna melebihi dari segalanya. Karena itu bersyukurlah. Wujudkanlah syukurmu melalui kesediaan untuk berkorban bagi sesama.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 11 Maret 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Ibrani 10:1-7
  1. Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
  2. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya.
  3. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.
  4. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
  5. Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku.
  6. Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
  7. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
Bacaan Alkitab Lainnya:

Matius 27:51
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,

Markus 15:38
Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.

Lukas 23:45
sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua.

Ibrani 10:19-20
  1. Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
  2. karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 07 Maret 2012 22:32

Senin, 05 Maret 2012

Sadari Dan Jawab Panggilan Tuhan

Pengantar

Kitab Injil Lukas menggambarkan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah untuk bangsa Israel dan seluruh umat manusia. Yesus diutus Bapa-Nya untuk menyiarkan Injil kepada orang-orang miskin.

Kitab ini sangat menekankan hal doa, Roh Allah, peranan wanita dalam pelayanan Yesus dan pengampunan dosa oleh Allah. Kitab Injil Lukas menekankan bahwa "Anak Manusia" datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.

Telaah Ayat

Lukas 14:21
Injil Kerajaan Allah ibarat suatu berita yang menjadi sebuah undangan untuk datang kepada "perjamuan besar" yang telah disediakan oleh Allah. Undangan itu ternyata tidak ditanggapi secara baik oleh orang-orang yang diundang, sehingga segala sesuatu yang sudah dipersiapkan tentunya akan menjadi sia-sia. Namun sang tuan yang empunya pesta perjamuan besar itu tidak ingin membuat segalanya menjadi sia-sia, karenanya ia mengundang semua gelandangan datang ke pestanya. Tentu untuk menikmati jamuan makanan dan minuman istimewa itu.

Perumpamaan ini merupakan peringatan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat lainnya agar mereka sadar, bahwa keselamatan dari Allah akan diambil daripada mereka dan diberikan kepada bangsa-bangsa lain.

Disini tampak jelas bahwa Injil telah didengar atau diterima oleh orang-orang yang tahu dan mengakui bahwa mereka adalah miskin dan berkekurangan, yaitu orang-orang yang mau menaruh harap hanya kepada Allah saja.

Lukas 14:22-23
Sosok "Hamba"dalam perumpamaan itu tampak begitu setia ketika disuruh oleh tuannya. Pertama ia disuruh menjumpai para undangan untuk mengingatkan mereka bahwa pesta perjamuan sudah akan dimulai. Tetapi jawaban yang ia terima adalah penolakan dengan berbagai dalih. Kedua, setelah diketahui bahwa masih ada tempat yang kosong di meja perjamuan yang besar itu, sang tuan kembali menyuruh hambanya itu untuk mencari orang-orang disegala jalan dan lorong kota untuk dibawa kerumah tuannya itu agar rumah tuannya itu penuh. Hamba ini menunjuk pada Yesus Kristus yang diutus Allah untuk memberitakan Injil keselamatan di lingkungan Israel (Yahudi) namun ia ditolak, kemudian ia merangkul orang-orang yang miskin dan rendah hati, yang berasal dari berbagai latar belakang suku bangsa untuk menerima keselamatan dari Allah Bapa-Nya itu.

Makna dari perumpamaan itu adalah bahwa keselamatan dari Allah telah meluas dari lingkungan bangsa Israel dan umat Yahudi kepada segala bangsa yang ada di dunia ini.

Lukas 14:24
Jadi sesungguhnya,pemberitaan Injil itu adalah sebuah "Undangan" yang penting untuk dipenuhi. Sebab "Undangan" itu berasal dari Allah sendiri.

Melalui perumpamaan ini, Yesus memberikan peringatan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat agar mereka sadar, bahwa keselamatan yang dari Allah akan diambil daripada mereka dan diberikan kepada bangsa-bangsa lain diluar keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Hal itu terjadi sebab mereka terlalu banyak "berdalih". Dengan demikian, berlakulah perkataan ini : "Orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dalam Kerajaan Allah" [Matius 19:30 | Matius 20:16 | Markus 10:31 | Lukas 13:30]

Pertanyaan Untuk Diskusi
  1. Kepada siapakah dan dimanakah Yesus mengungkapkan perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih ini?.
  2. Apakah makna yang terkandung dalam perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih ini?.
  3. Menurut saudara, siapakah sosok "hamba" yang dikisahkan dalam perumpamaan tersebut?.
  4. Sebutkan tujuan Yesus menyampaikan perumpamaan tersebut!.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 07 Maret 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Lukas 14:21-24
  1. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.
  2. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat.
  3. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh.
  4. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Matius 19:30
Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.

Matius 20:16
Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.

Markus 10:31
Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.

Lukas 13:30
Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 05 Maret 2012 21:50