Rabu, 29 Februari 2012

Berubah Dan Berbuah

Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah ini, ternyata hanya terdapat pada injil Lukas. Mungkin inilah kisah pengganti dari cerita yang aneh tentang Yesus mengutuk pohon ara, seperti tercatat dalam Markus 11:12-14 atau Matius 21:18-22.

Pohon ara yang diceritakan dalam perumpamaan ini agak istimewa karena ditanam ditanah yang baik, yaitu dalam sebuah kebun anggur. Setelah 3(tiga) tahun pada umumnya, pohon-pohon ara sudah berbuah dan buahnya cukup banyak. Tetapi pohon ara ini ternyata belum berbuah juga. Jika pohon ara ini tidak berbuah lagi tahun depan, mungkin lebih baik ditebang saja. Setiap orang yang memelihara tanaman, tentu mengharapkan hasil dari tanaman yang ditanamnya. Misalnya :
  • bunganya (anggrek, mawar, melati untuk hiasan atau bahan campuran untuk membuat minyak wangi, bunga pepaya untuk dimasak jadi lauk pauk yang lezat dan lain sebagainya),
  • daunnya (daun pepaya, daun melinjo untuk membuat makanan/lauk pauk, daun jeruk, daun salam untuk bumbu penyedap masakan, daun kemangi untuk pelengkap lalapan atau sambal, daun kelapa untuk membuat sapu lidi, dan seterusnya,
  • buahnya (jeruk, pisang, pepaya, salak, alpukat, tomat, dan lain sebagainya,
atau apa pun yang dihasilkan dan dapat diambil dari pohon tersebut. Hasil pohon yang ditanam itu tentunya akan membahagiakan dan membuat si pemilik bangga.

Jadi ternyata, si pemilik kebun anggur ini sangat sabar, walaupun pohon ara yang ditanamnya sudah hidup 4-5 (empat sampai lima) tahun namun belum berbuah, ia masih memberi waktu setahun lagi, dan ketika untuk tahun kedua buahnya belum muncul juga, ia masih membiarkan pohon itu hidup. Akhirnya, sesudah melewati tahun ketiga dengan sia-sia, ia memutuskan untuk menebang pohon itu. Tetapi tiba-tiba berpalinglah "pengurus kebun anggur" itu kepada majikannya dan berkata: "Biarlah kita coba satu tahun lagi [walaupun sebenarnya pohon ara hanya memerlukan sedikit pemeliharaan dan pohon ini sebetulnya berada di tanah yang baik] maka aku akan memeliharanya sekali lagi. Seperti biasanya, aku akan menggemburkan tanah di sekitarnya, menyiangi rerumputan dan memupuknya, baiklah kita beri kesempatan satu tahun lagi".

Melalui perumpamaan ini, Yesus mau mengajak para pendengarnya ikut menghayati bahwa bagi mereka saat itu telah tiba pada keadaan-keadaan genting (artinya setiap orang harus segera mengambil keputusan, menerima Yesus dan percaya kepada-Nya atau menolak-Nya).

Perumpamaan tersebut mengisahkan hubungan antara Tuhan Allah dengan bangsa Yahudi (dan sekaligus peringatan kepada Israel dan untuk kita juga), sedangkan Yesus sendiri boleh dianggap sebagai perantara antara keduanya. Setelah kesabaran si pemilik kebun anggur diperpanjang lagi, pohon ara itu masing dibiarkan tumbuh satu tahun lagi.

Dengan perkataan lain: dalam perkataaan-perkataan Yesus seperti yang dikumpulkan oleh Lukas mulai dari Lukas 12:1 sampai dengan Lukas 13:9, kita diperingatkan terus kepada kematian dan hukuman, tetapi, ... kata terakhir dari bagian itu ialah Tuhan Allah menunjukkan kasih karunia dan belas kasihan-Nya dan selalu mau memberikan kesempatan baik kepada Israel maupun kepada kita untuk "berubah" dan "berbuah" didalam kehidupan kita. Di pihak lain, ... baiklah kita jangan silap. Sungguh, akan datang suatu hari dimana kesempatan untuk "berubah" dan "berbuah" itu tidak ada lagi!. Maka dari itu .. begitulah perumpamaan ini dapat diringkaskan .. hari ini masih ada waktu karunia!. Jadi, hari ini, jika kamu mendengar suara Tuhan, janganlah kamu mengeraskan hatimu!.

Di minggu praPaskah yang kelima ini, marilah kita membuka hati dan hidup kita untuk dituntun, dibimbing selalu oleh kuasa Roh Kudus agar kita memiliki iman yan teguh didalam Yesus Kristus. Dengan iman yang teguh didalam Yesus Kristus, kita siap untuk "berubah" dan "berbuah" sehingga hidup kita tidak menjadi sia-sia dan keselamatan yang Allah berikan kepada kita melalui Yesus Kristus itu, boleh menjadi buah-buah yang manis dan menyenangkan orang disekitar kehidupan kita.

Kita tentu menyadari bahwa kita semua ibarat ranting-ranting dari pokok Anggur yaitu Yesus Kristus. Tanpa melekat kuat kepada Yesus, kita tentu tidak akan "berubah" dan "berbuah". Jika kita jauh dari Allah dan hidup semaunya sendiri, maka hidup kita tidak akan "berubah" dan "berbuah" sehingga bila waktunya tiba, kita akan ditebang dan dibuang kedalam api, seperti tertulis pada Matius 3:10.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 04 Maret 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Lukas 13:6-9
  1. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.
  2. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!
  3. Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,
  4. mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"

Bacaan Alkitab Lainnya:

Matius 21:18-22
  1. Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar.
  2. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.
  3. Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?"
  4. Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi.
  5. Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."

Markus 11:12-14
  1. Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar.
  2. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara.
  3. Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya.

Matius 3:10
Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 29 Feb 2012 21:30

Senin, 27 Februari 2012

Bumi Yang Baru Telah Tiba

Pengantar

Kitab Kejadian menyajikan awal kebenaran sejarah keselamatan dari Allah yang diperuntukan kepada segenap manusia. Kalau tidak ada kitab pertama yang ditulis oleh nabi Allah yakni Musa ini, kesannya tidak ada pengetahuan tentang awal kehadiran keberadaan Allah. Allah yang melalui kehadiran keberadaan-Nya di kemudian, membentuk suatu bangsa milik kepunyaan-Nya, dan bersamaan dengan perjalanan kurun waktu tertentu Allah pun menyelamatkan bangsa-Nya yakni Israel, dari kesia-siaan hidup akibat dari adanya pemutar-balikan fakta sejarah keselamatan dari Allah yang dilakukan oleh bangsa "lain" diluar dari kebangsaan Israel, misalnya bangsa yang hidup di daratan Mesir. Lebih spesifik dikenal melalui cerita perbudakan bangsa Israel di negeri asing, yakni dibawah kekuasaan Firaun di Mesir.

Adanya paham monotheisme Allah Israel merupakan wujud paham keagamaan yang sangat dipegang teguh oleh bangsa Israel atas merasakan adanya kinerja Allah, sebagai Sang Pencipta dari "yang tidak ada" ("ex nihilo") hingga tercipta "yang ada". "Yang ada", semuanya sebagai penghuni bumi yang dianggap berperan penting didalam menjaga keseimbangan hidup secara alami. Secara alami maksudnya, adalah kehidupan yang mengkhususkan pada keseimbangan antara kehidupan manusia dengan Allah yang pada hakekat-Nya sebagai Sang Pencipta, termasuk didalamnya Allah menciptakan manusia.

Dalam lompatan jauh sejarah kedepan terkait dengan keselamatan dari Allah, tetap tidak ada perubahan cara pandang Allah terhadap status manusia yakni tetap selama-lamanya sebagai umat-Nya. Terhadap manusia, Allah sendiri telah memperkenalkan kehadiran keberadaan diri-Nya, baik melalui Firman-Nya, maupun melalui keberadaan-Nya sebagai wujud dari penggenapan perjanjian-Nya terhadap manusia, yakni melalui pembebasan atas pergulatan hidup manusia itu sendiri. Kemudian, sebagai tanggapannya bahwa dianggap perlu oleh manusia untuk memenuhi tuntutan-tuntutan Allah, yakni supaya memiliki iman yang tidak diragukan oleh keberadaan Allah dan Firman-Nya. Untuk menjembatani perwujudan iman yang riil dan diarahkan hanya kepada Allah, maka perlu melihat dan memahami makna dari ceritera Nuh dalam rangka menghadirkan iman kita yang lebih baik.

Tafsir Perikop Bacaan

Kita mulai dari kurun waktu lewat empat puluh hari, Nuh membuka tingkap bahteranya. Dalam rangka menilik situasi diluar bahteranya, yakni setelah turunnya air bah. Secara spontan, untuk pertama kali Nuh melepaskan seekor burung gagak, ternyata burung itu terbang pulang pergi, pertanda bahwa air bah belum benar-benar kering dari permukaan bumi. Berikutnya, sebanyak tiga kali Nuh mempergunakan burung merpati untuk memastikan diluar bahteranya, apakah air bah benar-benar sudah kering. Terlihat ketika yang terakhir kalinya burung merpati itu tidak kembali kedalam bahtera, hal ini menandakan bahwa benar-benar air bah sudah kering dari permukaan bumi. Kemudian Nuh membuka tutup bahteranya, bahkan dia melihat keluar ternyata permukaan bumi sudah mulai kering atas banjir air bah yang mendahsyatkan bagi segenap makhluk hidup di bumi. Sungguh bumi itu telah kering!.

Begitu cara Allah memberikan hikmat kepada Nuh untuk menilik keluar setelah air bah diturunkan-Nya dari tingkap-tingkap langit (tsunami yang ketinggian airnya menembus tingkap-tingkap langit) [Kejadian 7:11], dan sebelum Allah sendiri menciptakan segala sesuatu kehidupan diatas bumi yang baru. Suatu kehidupan yang baru diatas bumi segera tiba. Kemudian kehidupan yang baru itu berada dibawah kedaulatan Allah. Oleh karena itu, Allah sendiri bernada memiliki rencana-Nya untuk membuat kebebasan hidup dari orang-orang pilihan-Nya. Dibalik kehidupan yang baru, manusia akan selalu mengalami kebebasan hidup diatas permukaan bumi. Bersamaan dengan itu, manusia semakin memiliki kesempatan untuk memasuki masa depan kehidupan yang tertib dihadapan Allah. Maksudnya, manusia yang hidup didalam kehidupannya, sekarang ini harus selalu menaikan rasa penuh syukur atas pemberian kebebasan hidup dari Allah. Karena Allah yang berdaulat akan terus-menerus memenuhi kehidupan manusia melalui kebersamaan-Nya.

Kita harus belajar dari pengalaman rohani Nuh, dia telah mengalami dan menikmati kehidupan bersama Allah, seperti yang pernah dialami diatas bahteranya. Namun, setidaknya Allah yang penuh Rahmat, merupakan Allah bagi kita yang dengan segala kebebasan hidup, kita harus terus-menerus melakukan apa yang baik bagi-Nya. Sudah selayaknya kini kita mengucap syukur kepada Allah, atas Rahmat yang terjadi terhadap Nuh, sebagai simbol kehadiran bumi yang baru yang mengalami Rahmat hingga pada kehidupan di angkatan masa kini. Dengan berkeyakinan atas iman hanya kepada Allah, maka Dia pasti bersama-sama dengan kita dan memenuhi upaya kita untuk hidup didalam kebebasan di bumi yang baru. Suatu bumi yang masih perlu ditabur dan dituai, sehingga kelak apa yang kita tabur maka itulah yang akan kita tuai. Menabur angin akan menuai puting beliung [Hosea 8:7] atau menabur kejahatan akan menuai hukuman Allah. Apakah yang sesungguhnya kita tabur di masa kini?. Jawabannya berada pada masing-masing diri kita sendiri!. Taburlah apa yang berkenan bagi Allah, sehingga menimbulkan rasa syukur hanya kepada Allah dan Firman-Nya.

Pertanyaan Reflektif
  1. Sejauh mana pengenalan terhadap kuasa Allah didalam Firman-Nya yang membebaskan pergumulan hidup yang terjadi pada diri kita?.
  2. Makna apa yang dapat diperoleh dari cerita bacaan ini, terutama untuk membangun masa depan iman kita hanya kepada Allah?.
  3. Apakah masih perlu berhikmat didalam Firman Allah?. Agar kita dapat mengisi kehidupan sehari-hari dengan pengetahuan tentang yang baik bagi Allah dan sesama yang lain.
  4. Bagaimana cara kita berhikmat selama ini?. Perlihatkan kepada yang lain di sekeliling kehidupan kita!
  5. Apakah kita sudah puas hanya mendengar dan menikmati Firman Allah?.
  6. Bagaimana tanggapan terhadap keselamatan yang dikerjakan oleh Allah bagi kehidupan kita?.
  7. Apa yang kita tabur sekarang agar kita selamat?. Dan apa pula yang kelak akan kita tuai agar kita pun selamat?.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 29 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:


Kejadian 8:6-14
  1. Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu.
  2. Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi.
  3. Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi.
  4. Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera.
  5. Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera;
  6. menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi.
  7. Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya.
  8. Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering.
  9. Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, bumi telah kering.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Kejadian 7:11
Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit.

Hosea 8:7
Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka; tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka orang-orang lain menelannya.

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 27 Feb 2012 15:26

Kamis, 23 Februari 2012

Beriman Hanya Kepada Allah

Kitab Kejadian, merupakan sajian awal dari nilai kebenaran sejarah keselamatan dari Allah yang diperuntukan bagi orang-orang yang beriman hanya kepada Allah. Kalau tidak ada kitab pertama yang ditulis oleh Musa ini, tentu tidak akan ada pengetahuan awal tentang sejarah keberadaan Allah. Allah yang melalui poros sejarah, keberadaan-Nya membentuk suatu bangsa-Nya dan seiring dengan kurun waktu tertentu, Allah pun menyelamatkan bangsa-Nya yakni Israel, dari kesia-siaan hidup yang diakibatkan dari adanya perlawanan Israel terhadap kebenaran fakta sejarah keselamatan dari Allah Israel. Misalnya, munculnya paham monotheisme terhadap Allah Israel, adalah jelas-jelas wujud kebenaran fakta sejarah keselamatan dari Allah yang sangat dipegang teguh paham ini oleh bangsa Israel. Suatu paham yang bertolak dari iman kebangsaan Israel terhadap kinerja atau karsa Allah sebagai Sang Pencipta. Sang Pencipta yang menciptakan dari "yang tidak ada" ("ex nihilo") hingga menjadi "yang ada", sebagai penghuni bumi sehingga manusia dianggap memiliki peran penting didalam menjaga keseimbangan hidup. Terutama keseimbangan hidup antara kehidupan manusia dalam statusnya sebagai umat Allah dengan Allahnya manusia itu sendiri yang berkuasa atas kehidupan di bumi ciptaan-Nya.

Jika melampaui lompatan jauh sejarah ke masa depan tentang keselamatan dari Allah Israel, maka dalam kaitan ini tetap memahami status manusia adalah sebagai umat Allah. Terhadap umat-Nya, Allah telah memperkenalkan diri-Nya baik melalui kehadiran firman-Nya ataupun melalui kehadiran keberadaan Allah, sebagai wujud kehadiran keselamatan daripada-Nya yang diperuntukan bagi segenap manusia. Kemudian sebagai tanggapannya, maka seharusnya umat-Nya harus tetap mampu memenuhi tuntutan-tuntutan Allah yang inheren sudah merupakan perwujudan iman yang terapresiasi didalam kinerja atau karsa yang berkualitas tinggi dan tidak diragukan oleh Allah didalam firman-Nya.

Pertanyaannya: Bagaimanakah sikap kita, sebagai umat-Nya jika diperhadapkan dengan fenomena bumi yang penuh persoalan yang akan berdampak pada perbuatan dosa terhadap Allah?. Apakah sikap kita, sebagai umat-Nya memberontak atau meninggalkan kehadiran keberadaan Allah?, atau sebaliknya. Apakah sikap kita, sebagai umat-Nya menerima kehadiran keberadaan Allah melalui firman-Nya yang penuh rahmat?. Hanya ada satu jawaban iman yang dapat diwujud-nyatakan oleh umat Allah, yakni menghadirkan iman melalui kinerja atau karsa disepanjang sejarah penyelamatan yang dikerjakan Allah terhadap umat-Nya yang hingga kini belum berakhir. Allah selalu setia, dan selalu siap menyelamatkan umat-Nya dari hal-hal "normatif, etis dan spirituil" yang rawan akan menimbulkan dosa sekalipun itu sudah terjadi selama ini di hadirat-Nya.

Oleh karena itu, ada hubungan yang kental antara iman dengan Allah yang tersurat pada cerita nyata di zaman purba tentang air bah yang merupakan wilayah kuasa Allah. Pada cerita tersebut kehadiran Nuh sebagai peran utama menjadi perwujudan iman yang terpaut erat dengan Allah, ketimbang orang-orang yang tidak sama posisi kehidupannya dengan nabi Allah ini. Setidaknya Nuh sudah memperlihatkan diri tidak hanya terbatas sebagai seorang nabi Allah, tetapi dirinya sedang mempolakan tatanan hidup yang beriman kepada Allah. Dan bertepatan dengan dengan munculnya penilikan Allah terhadap karya cipta-Nya, bahwa menurut-Nya telah mengalami kerusakan bumi akibat dari adanya kekerasan hidup antar hubungan manusia yang hidup di zaman Nuh, dan semua ini berdampak pada kekerasan terhadap Allah. Peristiwa air bah merupakan kiat Allah dalam merencanakan pembaharuan dan pengembangan kehidupan manusia di bumi yang kelak mampu menghadirkan iman yang taat kepada Allah dan firman-Nya.

Bumi manusia sedang diperhadapkan pada posisi penghukuman Allah yang tidak dapat dielakan oleh kuasa yang berada pada diri manusia. Atau, merupakan hukuman Allah yang akan membersihkan pola hidup manusia yang kotor dimuka bumi dengan mendatangkan air bah. Atau pun, air bah merupakan keputusan akhir dari Allah untuk membersihkan bumi dari segala kekotoran isinya. Pada saat itu, adalah Nuh dan seisi keluarganya yang memiliki iman kepada Allah, diperintahkan oleh Allah untuk membuat konstruksi bangunan bahtera yang harus ditaati, tanpa harus menentangnya. Dengan maksud Allah, bahwa air bah akan didatangkan-Nya dan perjalanan bahtera akan berada pada kuasa tangan Allah. Itu sebabnya, Nuh harus taat pada perintah tentang konstruksi bangunan bahtera yang dikehendaki Allah. Bukan sekedar konstruksi bangunan dengan skala ukuran "panjang dikalikan lebar sama dengan luas", tetapi lebih spesifik Allah sedang menguji khususnya iman Nuh dihadapan-Nya.

Bertolak pada cerita Nuh, maka ada iman yang tersembunyi didalam kehidupan kita, ketika kita memasuki sejarah masa depan bersama Allah. Tentu banyak hal yang terkait dengan iman yang akan kita munculkan, tetapi satu hal yang pasti, bahwa keselamatan hidup sumbernya hanya dari Allah, dan itupun dapat diperoleh karena iman. Iman harus ditumbuh-kembangkan melalui kinerja atau karsa melalui kehidupan dan dipersembahkan kepada Allah. Karena itu, bagi kehidupan kita yang berada pada sejarah angkatan masa kini, masih ada celah untuk melakukan pembaruan diri. Kita harus belajar banyak dari Nuh yang memiliki iman yang sudah teruji oleh Allah melalui firman-Nya. Demikian siapkan diri untuk menerima didikan Firman Tuhan, agar memiliki kedisiplinan hidup rohani yang mewujud-nyatakan kualitas iman kepada Allah dan Firman-Nya, misal melalui aktifitas berumah-tangga, bergereja, bermasyarakat ditengah-tengah pluralisme kultur keagamaan di bumi ciptaan Allah. Amin.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 26 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Kejadian 6:9-17
  1. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
  2. Nuh memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet.
  3. Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.
  4. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.
  5. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.
  6. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.
  7. Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya.
  8. Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.
  9. Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 23 Feb 2012 11:42

Senin, 20 Februari 2012

Pertobatan Semu

Pendahuluan

Hosea adalah nabi yang tampil setelah nabi Amos. Ia menyampaikan pesan Tuhan kepada orang-orang Israel di kerajaan Utara. Masa itu merupakan masa yang sulit sebelum kerajaan itu jatuh pada tahun 721 SM. Hosea sangat prihatin dengan keadaan umat yang menyembah berhala. Mereka tidak setia kepada Tuhan. Dengan terus terang Hosea menggambarkan ketidak-setiaan umat berdasarkan kehidupan rumah-tangganya, karena ketidak-setiaan Gomer isterinya. Seperti Gomer isterinya yang tidak setia dalam perkawinannya dengan Hosea, demikian Israel tidak setia kepada Allah. Dalam kegagalan mereka, Allah memanggil mereka untuk bertobat. Tetapi umat yang telah diikat oleh nafsu dosa sulit menyadari dan menghayati ajakan Tuhan, sampai pada akhirnya Tuhan menghukum mereka. Walaupun demikian, kasih Tuhan tidak pernah berubah dalam kehidupan mereka. Allah memperbaiki hubungan itu kembali karena kasih-Nya (Hosea 11:8).

Uraian Perikop
  1. Umat yang telah jatuh dalam dosa, sulit untuk kembali kepada Tuhan. Mereka telah diikat oleh kuasa dosa itu. Karena itu Allah membiarkan mereka berada dalam penderitaannya. Allah melakukan ini bukan karena Allah tidak mengasihi mereka, atau sedang membuang mereka, tetapi Allah berbuat seperti itu (dengan mengizinkan umat berada dalam penderitaan) untuk menyadarkan umat akan kesalahannya. Penderitaan menjadi cambuk untuk membawa Israel sadar akan kesalahan-kesalahannya. Dengan terbangunnya kesadaran seperti itu, diharapkan pula memotivasi Israel untuk berusaha datang mendapatkan Tuhan (Hosea 5:15). Allah dengan setia menanti mereka sampai mereka bertobat.
  2. Bagaimana reaksi Israel terhadap kasih Allah yang demikian ini?. Ternyata Israel belum sungguh mau datang kepada Tuhan dan bertobat. Apa yang diungkapkan Israel dalam Hosea 6:1-3, belum mencerminkan adanya pertobatan yang sungguh. Yang terlihat justru adalah tanda-tanda pementingan diri sendiri dan gema-gema agama Baal. Pengaruh Baal sedemikian telah mewarnai kehidupan mereka, menjadi ikatan yang membelenggu mereka untuk datang kepada Tuhan. Terkesan seperti tidak ada rasa hormat kepada Allah (Hosea 6:1). Nampak dalam pikiran mereka adalah acara-acara kebangkitan dewa-dewa kesuburan mereka (Hosea 6:2).
  3. Mereka amat menyadari bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang Allah. Namun mereka berpikir kalau kami mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, Ia pasti muncul seperti fajar. Ia akan datang seperti hujan yang mengairi bumi (Hosea 6:3).

Pertanyaan Untuk Diskusi
  1. Seringkali Allah mengizinkan kita berada dalam penderitaan atau pun kesulitan. Hal ini dilakukan-Nya bukan karena Allah tidak mengasihi kita. Allah melakukan hal itu justru karena kasih-Nya. Bagaimana saudara memahami hal ini dalam kehidupan saudara?. Diskusikan.
  2. Penderitaan menjadi cambuk agar kita menyadari kesalahan dan datang kepada Tuhan. Bagaimana pendapat saudara?. Apakah untuk mendapatkan kesadaran untuk bertobat harus selalu menunggu di cambuk?.
  3. Banyak orang kristen yang belum sungguh bertobat. Kekristenan hanya merupakan baju luar yang indah yang membungkus kejahatan kita. Hal ini nampak bila tantangan datang, yang nampak adalah kebencian, kemarahan, gema-gema kehidupan lama. Diskusikan!.
  4. Apa yang akan saudara lakukan supaya sungguh-sungguh bertobat?.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 22 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Hosea 5:15 - 6:3
5:15. Aku akan pergi pulang ke tempat-Ku, sampai mereka mengaku bersalah dan mencari wajah-Ku. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku:
6:1. Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita.
6:2. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.
6:3. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi."

Bacaan Alkitab Lainnya:

Hosea 11:8
Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, menyerahkan engkau, hai Israel? Masakan Aku membiarkan engkau seperti Adma, membuat engkau seperti Zeboim? Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak.

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 20 Feb 2012 15:58

Kamis, 16 Februari 2012

Umat Yang Tidak Setia


Kitab Hosea menceritakan pelayanan Hosea kepada Israel (Kerajaan Utara), suatu pelayanan yang berlangsung pada tahun 785 SM - 725 SM. Cerita dalam kitab ini menarik sekali, sebab Hosea melayani pada masa krisis, dimana bangsa Israel sebagai umat Tuhan tenggelam dalam lembah kejahatan dan kemerosotan moral. Peringatan-peringatan telah disampaikan, tetapi tidak dihiraukan, sampai akhirnya Allah mengizinkan bangsa ini dihancurkan oleh bangsa Asyur.

Kalau kita membaca kitab Hosea secara keseluruhan, maka kita memahami bahwa pergumulan pelayanan Hosea tidak hanya ia alami melalui penberitaannya, tapi sekaligus kehidupannya bersama isteri dan anak-anaknya merupakan pergumulan tersendiri yang dijadikan simbol hubungan Allah dengan manusia (Israel) bahkan juga menggambarkan kasih Allah kepada manusia. Ketidak-setiaan Gomer isteri Hosea terhadap Hosea, yang akhirnya menyebabkan kehancuran rumah-tangganya, telah dipakai sebagai gambaran kehidupan umat Israel yang tidak setia kepada Tuhan. Israel sebagai umat Tuhan menyembah berhala, membelakangi Allah. Karena kegagalan itu, maka mereka dihukum Allah. Namun kasih Allah kepada umat-Nya tidak pernah berubah. Allah menerima mereka kembali dan memulihkan hubungan yang telah rusak.

Apa yang dialami oleh Hosea, merupakan sebuah ilustrasi hidup agar dalam pelayanannya, Hosea:

1. Merasakan kasih Allah ditengah ketidak-setiaan umat,
2. Merasakan kehebatan dosa,
3. Merasakan kasih Allah yang mencari manusia.

Israel digambarkan sama dengan Gomer yang tidak setia, Israel telah meninggalkan persekutuan dengan Tuhan sebagai kekasihnya yang sejati, dan mengikuti Baal (Hosea 2:1). Didalam pemeliharaan Tuhan yang nyata, Israel berpikir : yang memberi mereka makan, minuman, pakaian adalah kekasihnya : Baal. Pemahaman yang demikian terjadi karena Israel telah mengikatkan dirinya dengan Baal dan bukan dengan Allah, Allah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, yang telah mengikat perjanjian dengan Israel dan menjadikan Israel sebagai umat-Nya dan sebagai kekasih-Nya, yang memelihara mereka ketika di padang gurun, sekarang mereka tolak. Karena itu dalam pembacaan kita hari ini dikatakan: "Adukanlah ibumu, adukanlah, sebab dia bukan isteri-Ku, dan Aku ini bukan suaminya;" (Hosea 2:1a). Lebih jauh dikatakan : kalau kamu tidak berubah, Aku akan menelanjangi kamu seperti pada hari kelahiran. Aku akan membuat kamu miskin seperti tanah kering (Hosea 2:2). Hukuman Tuhan akan dialami sampai anak cucu. Itulah sebabnya Allah menutup sumber berkat yang selama ini dipahami oleh Israel berasal dari Baal. Sekalipun dia mengejar kekasihnya tetapi dia tidak mencapainya lagi (Hosea 2:6). Ditengah kegoncangan yang dialami, mereka berkata akan pulang, tetapi mereka tidak insaf bahwa segala yang mereka terima bukan berasal dari Baal tetapi dari Tuhan.

Kisah nyata kehidupan dan pelayanan Hosea merupakan gambaran/simbol hubungan Allah dengan Israel. Sekaligus tidaklah berlebihan, jika kita pahami juga sebagai gambaran hubungan kita (manusia) dengan Allah.
  1. Kisah ini menggambarkan kedalaman kejatuhan manusia, kehebatan pemberontakan manusia (Dosa bukan sekedar kekeliruan atau kekhilafan tapi dosa yang merupakan pemberontakan).
    1. Gomer adalah gambarankehidupan gereja atau orang percaya yang telah memberontak dan meninggalkan Tuhan. Dalam proses kemajuan, ketika kemudian manusia merasa mampu, manusia tidak mengakui Allah sebagai pemberi dan pemelihara kehidupan. Manusia berpikir itu adalah hasil usahaku, kemampuanku, akalku. Dalam pemahaman yang demikian, manusia telah menjadikan usaha, kemampuan dan akal menjadi kekasih yang manusia kejar. Dalam perkembangan selanjutnya manusia kemudian tidak lagi mangakui eksistensi Allah. (Barangkali disini tidak ada lagi orang yang atheis tetapi yang namanya "atheis praktis" masih saja kita temukan. Mereka beribadah kepada Allah, berdoa kepada Allah, tapi mereka selalu merasa bahwa semua berkat-berkat ini, aku peroleh karena usaha dan kemampuanku).
    2. Ada banyak kekasihdalam kehidupan kita yang membuat kita meninggalkan Allah sebagai kekasih kita yang sejati, mungkin itu popularitas, harta, wanita, pria (yang bukan istri atau suami), kebiasaan-kebiasaan yang buruk, atau cita-cita dan lain sebagainya. Berbagai kejahatan yang muncul pada masa sekarang, yang dapat dibaca, dilihat dalam berbagai media komunikasi, dimana orang-orang Kristen terlibat juga didalamnya, kemorosotan moral dan penyelewengan dalam kehidupan Gereja oleh para pelayan Tuhan, karena manusia telah melepaskan hubungan akrab dengan Allah sebagai kekasihnya dan mencari kekasih liar yang bukan kekasihnya. Hosea 2:5 dan seterusnya, hendak mengungkapkan berbagai peristiwa sebagai pergumulan yang terjadi, selain memang merupakan pergumulan-pergumulan murni bahwa sebagai manusia pasti mengalami pergumulan, kita juga melihat pergumulan sebagai "teguran" Tuhan secara nyata, sebagai pernyataan kasih-Nya yang memanggil kita. Dalam Hosea 2:6, manusia sering kali menyadari keberadaannya, tetapi tidak insaf. Pertanyaan penting bagi kita : Sadarkah kita, bahwa setiap penyelewengan atau pelanggaran (dalam hati dan pikiran, melalui perbuatan, baik secara pribadi atau pun sebagai keluarga, dalam pekerjaan atau ditengah masyarakat), sangat mendukakan hati Tuhan kekasih kita?.
  2. Kalau tadi kita melihat Gomersebagai simbol kegagalan, ketidak-taatan (pemberontakan) manusia, maka sekarang kita melihat Hosea sebagai simbol kasih Allah. Allah mengasihi kita, karena itu Ia mencari kita. Walaupun hati-Nya pedih, tetapi Ia terus mencari kita. Ia menjumpai kita sebagai "budak dosa" ("dirumah perbudakan dosa"), ketika hidup kita penuh noda-nada hitam, dalam kehidupan yang tidak berharga/tidak cantik/tidak manis lagi. Allah membeli hidup kita kembali, menebus hidup kita. "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes 15:13). "Sejauh Timur dari Barat demikian dijauhkan-Nya daripada kita pelanggaran kita" (Mazmur 103:12). Ia tidak pernah memperhitungkan segala pelanggaran kita. Sungguh alangkah dalamnya kasih Allah. Menurut syair sebuah lagu : "kalau bukan kasih kering lautan ... dan seterusnya". Semuanya ini telah Allah lakukan demi kebahagiaan hidup kita (manusia). Ia tidak menghendaki kita binasa. Kehidupan kita, jiwa kita amat berharga di mata Tuhan. Benar apa yang dikatakan oleh seorang hamba Tuhan : "harga kehidupan kita sama dengan harga darah Tuhan Yesus, sebab Ia telah membeli dan menebus hidup kita dengan darah-Nya" (bandingkan surat I Petrus 1:18-19).
Dimana kita berada sekarang?. Apakah kita masih berada dalam persekutuan yang mesra dengan Allah kekasih kita?. Ataukah kita telah meninggalkan kekasih kita dan telah mengikat diri dengan kekasih-kekasih yang lain?. Sama seperti Gomer, kita memang tidak mampu lagi untuk kembali kepada kekasih kita. Karena itu, pada saat Allah mencari kita, mari kita sambut kasih-Nya. Pada saat kita menyambut kasih-Nya, maka kita akan mengalami kasih-Nya yang ajaib itu. Kasih itulah yang membuat kita hidup dan yang memampukan kita untuk mengasihi-Nya sepanjang kehidupan kita.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 19 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Hosea 2:1-7
1. Adukanlah ibumu, adukanlah, sebab dia bukan isteri-Ku, dan Aku ini bukan suaminya; biarlah dijauhkannya sundalnya dari mukanya, dan zinahnya dari antara buah dadanya,
2. supaya jangan Aku menanggalkan pakaiannya sampai dia telanjang, dan membiarkan dia seperti pada hari dia dilahirkan, membuat dia seperti padang gurun, dan membuat dia seperti tanah kering, lalu membiarkan dia mati kehausan.
3. Tentang anak-anaknya, Aku tidak menyayangi mereka, sebab mereka adalah anak-anak sundal.
4. Sebab ibu mereka telah menjadi sundal; dia yang mengandung mereka telah berlaku tidak senonoh. Sebab dia berkata: Aku mau mengikuti para kekasihku, yang memberi roti dan air minumku, bulu domba dan kain lenanku, minyak dan minumanku.
5. Sebab itu, sesungguhnya, Aku akan menyekat jalannya dengan duri-duri, dan mendirikan pagar tembok mengurung dia, sehingga dia tidak dapat menemui jalannya.
6. Dia akan mengejar para kekasihnya, tetapi tidak akan mencapai mereka; dia akan mencari mereka, tetapi tidak bertemu dengan mereka. Maka dia akan berkata: Aku akan pulang kembali kepada suamiku yang pertama, sebab waktu itu aku lebih berbahagia dari pada sekarang.
7. Tetapi dia tidak insaf bahwa Akulah yang memberi kepadanya gandum, anggur dan minyak, dan yang memperbanyak bagi dia perak dan emas yang dibuat mereka menjadi patung Baal.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Yohanes 15:13
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Mazmur 103:12
sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.

I Petrus 1:18-19
18. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
19. melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 16 Feb 2012 14:20

Minggu, 12 Februari 2012

Ikut Menanggung Kesalahan


Pengantar

Kitab Bilangan menggambarkan persiapan awal perjalanan panjang umat Israel di padang gurun sampai menjelang masuk ke tanah perjanjian di kaki gunung Sinai dan pengembaraan selama 40 (empat puluh) tahun dalam perjalanan melewati daerah-daerah padang gurun Paran, Kadesy, Edom, Amon, Bashan, Moab dan Gilead.

Umat Israel diberi hukum Allah supaya mereka menjadi umat Allah yang memiliki 'gaya hidup' yang berbeda dengan bangsa-bangsa disekitar mereka. Allah menghendaki mereka hidup sebagai umat Allah dengan menjalani kehidupan yang murni, saleh dan kudus. Di mata Allah mengetahui apa yang benar belumlah cukup, umat Allah harus melakukan apa yang benar. Salah satu bentuk tindakan yang benar adalah menepati janji atau nazar yang diucapkan. Sebagaimana Allah selalu memenuhi janji-Nya, maka umat Allah juga harus selalu menepati janjinya.

Telaah Nas

Bilangan 30:10-16 merupakan bagian dari ketetapan-ketetapan yang diperintahkan Tuhan kepada Musa tentang peran suami (terhadap isterinya) maupun ayah kepada anaknya (perempuan).

Umat Israel yang hidup dalam sistem masyarakat 'patriarkhat' (tata kekeluargaan yang sangat mementingkan garis turunan bapak/laki-laki) memberi peran yang sangat besar kepada laki-laki untuk mengambil keputusan dan menentukan suatu hal. Janji dan nazar seorang isteri dinyatakan tetap berlaku atau batal, ditentukan oleh suaminya. Jika sang suami tidak memberikan pendapat apa-apa tentang janji atau nazar isterinya maka itu tetap akan tetap berlaku, demikian pula sebaliknya.

Ini bukan masalah gender tetapi soal tanggung-jawab seorang suami sebagai kepala keluarga. Ia harus memainkan perannya dalam rangka menjaga kemurnian hidup selaku umat Allah yang harus dijalani dalam kesalehan dan kekudusan. Seorang suami dituntut untuk dapat mengarahkan isteri (dan anggota keluarganya) melakukan apa yang benar. Jika sang suami salah menyikapi janji atau nazar isterinya, ia dipandang bersalah juga oleh Allah. Ia harus ikut bertanggung-jawab karena lalai menjalankan tugasnya sebagai kepala keluarga.

Arahan Untuk Diskusi

1. Dalam masyarakat modern, peran sebagai pencari nafkah juga dilakukan oleh perempuan/isteri. Tidak jarang penghasilannya melebihi suaminya. Dalam situasi yang demikian, bagaimana seharusnya hubungan suami-isteri ditata dengan tetap melihat suami sebagai kepala keluarga?.

2. Salah satu hal yang dapat menimbulkan masalah dalam hidup rumah-tangga adalah komunikasi yang kurang berjalan dengan baik. Masing-masing mengambil langkah sendiri-sendiri tanpa diketahui oleh pasangannya. Isteri membeli barang secara kredit dengan jumlah relatif besar tanpa sepengetahuan suaminya. Suami memiliki sejumlah kartu kredit bermasalah tanpa diketahui isterinya. Ketika timbul masalah, masing-masing ikut terkena getahnya. Kemukakan pendapat saudara mengenai hal ini dan berikan solusinya.

3. Keluarga kristen harus hidup sebagai umat Allah dengan menjalani kehidupan secara murni, saleh dan kudus. Dalam hal ini, orang-tua (khususnya ayah/suami) memiliki tanggung-jawab yang besar. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan orang-tua (khususnya suami/ayah) agar dapat menjalankan perannya untuk membina kehidupan keluarga sebagai umat Allah?.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 15 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Bilangan 30:10-16
10. Jika seorang perempuan di rumah suaminya bernazar atau mengikat dirinya kepada suatu janji dengan bersumpah,
11. dan suaminya mendengarnya, tetapi tidak berkata apa-apa kepadanya dan tidak melarang dia, maka segala nazar perempuan itu akan tetap berlaku, dan setiap janji yang mengikat diri perempuan itu akan tetap berlaku juga.
12. Tetapi jika suaminya itu membatalkannya dengan tegas pada waktu mendengarnya, maka ucapan apapun yang keluar dari mulutnya, baik nazar maupun janji, tidak akan berlaku; suaminya telah membatalkannya, dan TUHAN akan mengampuni isterinya itu.
13. Setiap nazar dan setiap janji sumpah perempuan itu untuk merendahkan diri dengan berpuasa, dapat dinyatakan berlaku oleh suaminya atau dapat dibatalkan oleh suaminya.
14. Tetapi apabila suaminya sama sekali tidak berkata apa-apa kepadanya dari hari ke hari, maka dengan demikian ia telah menyatakan berlaku segala nazar isterinya atau segala ikatan janji yang menjadi hutang isterinya; ia telah menyatakannya berlaku, karena ia tidak berkata apa-apa kepadanya pada waktu mendengarnya.
15. Tetapi jika ia baru membatalkannya beberapa lama setelah didengarnya, maka ia akan menanggung akibat kesalahan isterinya."
16. Itulah ketetapan-ketetapan yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, yakni antara seorang suami dengan isterinya, dan antara seorang ayah dengan anaknya perempuan pada waktu ia masih gadis di rumah ayahnya.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 12 Feb 2012 20:50

Jumat, 10 Februari 2012

Rahasia Mengalahkan Pembenci

Umat Tuhan yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, pernahkah saudara dibenci?. Tentu saudara mengalami situasi yang tidak mengenakkan. Kadang kita sendiri tidak mengetahui dengan pasti apa sebabnya kita dibenci. Bisa saja disebabkan oleh tutur kata kita. Mungkin kita kurang dapat membawa diri dalam pergaulan sehingga dinilai sombong. Terkadang kata-kata canda kita tanpa disadari membuat seseorang tersinggung. Kita juga bisa dibenci karena keputusan yang kita ambil. Jadi, faktor penyebabnya sangat beragam.

Umat Israel (Yahudi) yang berada di daerah kekuasaan raja Ahasyweros dibenci oleh Haman, salah seorang pembesar negeri itu. Masalahnya sangat pribadi sebenarnya. Ada seorang Yahudi bernama Mordekhai yang tidak mau berlutut dan sujud kepada Haman (Ester 3:2). Memang ada perintah raja yang mengharuskan rakyat di kerajaannya untuk berlutut dan sujud apabila Haman lewat didepan mereka. Ketika diketahui oleh Haman bahwa Mordekhai tidak mau sujud kepadanya, hatinya sangat panas dan murkanya menyala-nyala. Ketika ia mengetahui bahwa Mordekhai adalah seorang Yahudi, kebenciannya meluas kepada semua orang Yahudi. Haman mempengaruhi raja Ahasyweros untuk mengeluarkan perintah agar semua orang Yahudi dibunuh (Ester 3:13).

Mordekhai amat bersedih dan meminta kepada ratu Ester untuk berbuat sesuatu bagi saudara-saudara sebangsanya. Semula Ester ragu. Namun Ester berpuasa tiga hari tiga malam dan meminta Mordekhai dan semua orang Yahudi melakukan hal yang sama. Ester pun memberanikan diri untuk menghadap raja dan menyampaikan permohonan agar diadakan perjamuan bagi Haman. Pada hari kedua perjamuan itu, raja Ahasyweros bertanya kepada Ester apa yang dikehendakinya. Ester pun menyampaikan pergumulan bangsanya yang akan dihabisi atas perintah Haman. Raja pun memerintahkan untuk menghukum Haman denga disulakan pada sebuah tiang yang sebelumnya disediakan Haman untuk Mordekhai. Situasipun berbalik, Mordekhai diangkat menjadi pembesar kerajaan menggantikan Haman. Orang Yahudi pun terbebas dari kebinasaan bahkan mereka balik mengalahkan orang-orang yang membenci mereka (Ester 9:1).

Dengan mudah kita dapat mengatakan bahwa semua ini terjadi karena keberanian Ester. Atau kita dapat juga berkata bahwa ini terjadi karena kehebatan Mordekhai dalam mengatur strategi. Dibalik semua itu, terbebasnya orang Yahudi dari kebinasaan adalah karena Tuhan campur tangan didalamnya. Ketika Ester, Mordekhai dan semua orang Yahudi merendahkan diri dihadapan Tuhan (dengan berpuasa), maka Tuhan membuka segala kemungkinan agar tindakan penyelamatan-Nya terjadi. Ia membuat rencana Mordekhai dapat berjalan dengan mulus. Ia membuat Ester memiliki keberanian untuk menghadap raja. Ia membuat raja Ahasyweros mengerti duduk persoalan yang sebenarnya. Akhirnya tindakan penyelamatan Allah menjadi kenyataan. Melalui Mordekhai, Ester dan juga Ahasyweros, Tuhan menyelamatkan orang-orang Yahudi yang ada di 127 (seratus dua puluh tujuh) daerah kerajaan Ahasyweros yang membentang luas dari India sampai Etiopia (Ester 8:9).

Dalam perjalanan hidup tidak jarang kita mengalami hambatan, rintangan dan tekanan. Ada saja orang-orang yang membenci kita. Kalau hal itu disebabkan ulah kita sendiri tentu kita harus memperbaikinya. Tetapi kalau kita dibenci tanpa alasan yang jelas atau karena hal-hal yang sangat asasi (karena latar belakang suku atau agama), maka apa yang dilakukan oleh Ester harus menjadi pedoman bagi kita yaitu hal MERENDAHKAN DIRI DIHADAPAN TUHAN.

Pertama: Dengan berpuasa Ester membawa semua rencananya kehadapan Tuhan. Kita pun harus membawa semua rencana kita kehadapan Tuhan. Sekiranya rencana itu berkenan kepada Tuhan, biarlah Tuhan memberkatinya dan terlaksana sesuai kehendak-Nya. Apabila Tuhan tidak berkenan atas rencana itu, biarlah hikmat Tuhan menuntun agar kita dimampukan membuat rencana lain yang sesuai kehendak-Nya. Rencana apapun yang kita buat haruslah sesuai dengan kehendak-Nya.

Kedua: Merendahkan diri dihadapan Tuhan merupakan sikap yang penting sebagai ungkapan iman untuk memohon keterlibatan Tuhan dalam masalah yang sedang dihadapi. Mengundang keterlibatan Tuhan berarti Tuhanlah yang bertindak. Kalaupun ada yang harus kita lakukan, itu dilakukan dalam kendali dan pertolongan Tuhan. Saat segalanya telah berhasil diatasi, kita menyadari bahwa semua itu terjadi karena kuasa dan kasih-Nya, sehingga untuk semua itu hanya nama Tuhan saja yang dimuliakan. Libatkanlah Tuhan dalam setiap persoalan yang kita hadapi. Tidak ada pergumulan yang tidak dapat diatasi-Nya. Tuhan kita lebih besar dari pergumulan yang kita hadapi. Firman-Nya dalam Roma 8:28 menguatkan kita, bahwa Ia turut bekerja dalam segala sesuatu. Dengan merendahkan diri dihadapan-Nya, Ia akan turut bekerja didalam segala upaya kita untuk mengatasi segala pergumulan kita.

Ketiga: Kita perlu mengingat Firman Tuhan dalam Yakobus 4:10 yang menyatakan: "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu". Itulah yang dialami oleh Ester, Mordekhai dan semua orang Yahudi. Kesediaan mereka merendahkan diri dihadapan Tuhan membuat mereka ditinggikan Tuhan pada waktunya. Ester menjadi ratu yang semakin dikasihi oleh raja Ahasyweros. Mordekhai yang semula hanya sebagai rakyat biasa diangkat menjadi pembesar di kerajaan Ahasyweros. Orang-orang Yahudi yang semula teraniaya dan akan dibinasakan oleh para pembenci, menjadi bangsa yang ditakuti (Ester 9:2).

Merancangkan segala sesuatu untuk meraih keberhasilan memang diperlukan. Tetapi sikap iman yang mengawalinya lebih penting. Yaitu kesediaan untuk MERENDAHKAN DIRI DIHADAPAN TUHAN. Dengan itu, Tuhan akan membuat kita mampu mengatasi orang-orang yang membenci kita. Tuhan pun akan membuat kita sanggup mengatasi semua pergumulan hidup yang kita alami. Tuhan Yesus telah datang kedalam dunia untuk menjumpai kita. Ia mau agar kita hidup didalam-Nya dan senantiasa mengandalkan kuasa-Nya.

Terpujilah Kristus, sekarang dan selamanya. Amin

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 12 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Ester 9:1-4
1. Dalam bulan yang kedua belas--yakni bulan Adar--,pada hari yang ketiga belas, ketika titah serta undang-undang raja akan dilaksanakan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah yang sebaliknya: orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka.
2. Maka berkumpullah orang Yahudi di dalam kota-kotanya di seluruh daerah raja Ahasyweros, untuk membunuh orang-orang yang berikhtiar mencelakakan mereka, dan tiada seorangpun tahan menghadapi mereka, karena ketakutan kepada orang Yahudi telah menimpa segala bangsa itu.
3. Dan semua pembesar daerah dan wakil pemerintahan dan bupati serta pejabat kerajaan menyokong orang Yahudi, karena ketakutan kepada Mordekhai telah menimpa mereka.
4. Sebab Mordekhai besar kekuasaannya di dalam istana raja dan tersiarlah berita tentang dia ke segenap daerah, karena Mordekhai itu bertambah-tambah besar kekuasaannya.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Ester 3:2
Dan semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah diperintahkan raja tentang dia, tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud.

Ester 3:13
Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, pada satu hari juga, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas yakni bulan Adar, dan supaya dirampas harta milik mereka.

Ester 8:9
Pada waktu itu juga dipanggillah para panitera raja, dalam bulan yang ketiga yakni bulan Siwan pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai ditulislah surat kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Etiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya.

Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Yakobus 4:10
Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.

Bacaan Alkitab Pararel:

Catatan:

Disulakan = ditusukan dari pantat sampai ke perut pada sebuah tiang yang ujungnya runcing
Post: 10 Feb 2012 11:05.

Senin, 06 Februari 2012

Sabar Menjadi Saksi

Pengantar

Siapa yang tahan menyaksikan orang berlagak sesuka hatinya didepan mata kita. Rasanya kita ingin menghentikan orang itu, tidak bisa dibiarkan bertingkah semaunya. Tapi kita sering tak berdaya oleh karena bermacam sebab, takut menegur karena dia atasan kita, takut kena 'getah'nya, takut menanggung resiko, dan sebagainya. Dalam banyak hal kita hanya bisa diam dan menjadi saksi atas kesewenang-wenangan yang dilakukan orang lain, akibatnya kita sendiri tertekan. Penglihatan Daniel kali ini sama sekali tidak menyenangkan. Ia harus menyaksikan sesuatu yang semakin lama semakin tidak terbendung didepan matanya. Bayangkan perasaan Daniel menyaksikan semua ini, kalau kita pasti gemas, marah, sekaligus bingung karena tidak dapat berbuat apa-apa. Masalahnya karena saat itu kita hanya boleh menjadi saksi.

Telaah Perikop

Inilah yang terjadi dengan Daniel, ia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa, diam membisu oleh karena saat itu ia hadir sebagai saksi. Ini sebetulnya bagian yang paling sulit, mencoba bertahan meski semua yang terjadi didepan matanya amat menyebalkan, sementara ia sendiri hanya berdiri untuk menjadi saksi. Ini tentu butuh kekuatan yang luar biasa, sebab apa yang disaksikan adalah sesuatu yang semakin lama semakin tak terkendali. Tanduk yang mulanya kecil lalu semakin besar semakin menjadi-jadi dan berbuat sesuka hatinya. Ia bertingkah terhadap siapa saja, bala tentara langit dan bintang-bintang dijatuhkannya ke bumi. Bukan hanya itu, ia pun menantang Panglima bala tentara, menghancurkan tempat kudus dan menggeser ritual korban dengan ibadah kefasikan. Ia menghempaskan kebenaran. Hebatnya semua yang dilakukannya dengan congkak itu berhasil, sebab tak ada yang mampu membendungnya. Dalam kegelisahannya Daniel bertanya sampai kapan keangkuhan dan kecongkakan itu berlangsung, berapa lama lagi ia harus bertahan menyaksikan semuanya ini?. Jawabannya, sampai waktu tertentu maka semuanya akan dipulihkan.

Kalau kisah ini benar-benar terjadi pada kita sekarang, bagaimana reaksi kita?. Mungkin kita akan berkata, kita tidak boleh tinggal diam, kita harus melakukan sesuatu. Orang lain mungkin akan berkata, kita hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan. Masalahnya, dapatkah kita bertahan untuk menjadi saksi semua kefasikan, dimana orang bukan hanya berbuat jahat terhadap sesamanya tapi juga berani melawan Tuhan. Yang kita butuhkan ialah kekuatan dan daya tahan untuk menjadi saksi semua perilaku congkak yang terjadi disekitar kita. Kita butuh kesabaran untuk bertahan ditengah-tengah semakin banyaknya orang yang lupa diri. Tuhan menyuruh kita ada disana untuk melihat bagaimana Ia sendiri yang akan bertindak terhadap semua kejahatan itu. Karena itu semestinya kita menjadi pribadi yang semakin takut akan Dia. Kalau kejahatan dan orang jahat mengklaim dirinya berhasil, itu bukan akhir cerita. Perlu kesabaran untuk melihat apa yang ada diujung cerita itu dengan tetap menjaga kemurnian sebagai saksi. Kita harus meyakini dunia ini bukan dikendalikan oleh orang jahat, meskipun sekali waktu tampaknya Tuhan membiarkan diri-Nya seakan 'dikalahkan' oleh orang jahat. Tapi mereka tak akan pernah menggantikan tempat Sang Pengendali kehidupan yang akan memulihkan segalanya tepat pada waktunya. Berbahagialah orang yang menjadi saksi atas semua itu.

Pertanyaan Reflektif

1. Mengapa banyak orang semakin diberkati semakin sombong, apa yang membuat mereka lupa diri?.

2. Bagaimana caranya agar kita dapat bertahan menyaksikan ulah manusia yang tidak takut akan Tuhan?.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 08 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Daniel 8:9-14
9. Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil, yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai.
10. Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya.
11. Bahkan terhadap Panglima bala tentara itupun ia membesarkan dirinya, dan dari pada-Nya diambilnya korban persembahan sehari-hari, dan tempat-Nya yang kudus dirobohkannya.
12. Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari, kebenaran dihempaskannya ke bumi, dan apapun yang dibuatnya, semuanya berhasil.
13. Kemudian kudengar seorang kudus berbicara, dan seorang kudus lain berkata kepada yang berbicara itu: "Sampai berapa lama berlaku penglihatan ini, yakni korban sehari-hari dan kefasikan yang membinasakan, tempat kudus yang diserahkan dan bala tentara yang diinjak-injak?"
14. Maka ia menjawab: "Sampai lewat dua ribu tiga ratus petang dan pagi, lalu tempat kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar."

Bacaan Alkitab Lainnya:

Bacaan Alkitab Pararel:
Post: 06 Feb 2012 21:08

Kamis, 02 Februari 2012

Jangan Suka Pamer Kekuasaan

Salah satu yang istimewa dari Daniel adalah ia selalu produktif sekalipun usianya tidak muda lagi. Dulu ia pernah memberitahukan arti mimpi raja Nebukadnezar (Daniel 2:26-45), dan kemudian setelah tampuk pemerintahan dipegang oleh anaknya, Belsyazar, Daniel sendiri mendapat penglihatan dalam mimpinya. Jadi pada dua masa pemerintahan kerajaan Babel, Daniel tetap eksis, lebih dari itu ia tidak kehilangan produktifitasnya. Bahkan kemudian ketika orang Israel sudah pulang kembali ke Yerusalem di zaman raja Koresy, Daniel tetap mendapat penglihatan (Daniel 10:1). Dari Babel ia melihat masa depan.

Daniel mendapat penglihatan dalam mimpinya, artinya ia bukan sedang bermimpi melainkan penglihatan ini masuk kedalam mimpinya. Dapat dimaklumi bila kemudian ia menuliskan apa yang dilihatnya itu agar menjadi jelas bahwa penglihatan itu bukan berasal dari pikirannya sendiri, tapi sesuatu yang diberikan Allah kepadanya. Penglihatan ini sebetulnya hampir sama dengan mimpi Nebukadnezar, namun yang dikisahkan disini ialah empat binatang aneh yang belum pernah ada sebelumnya. Keempat binatang itu sesungguhnya sedang memamerkan kuasanya masing-masing. Yang pertama, seekor singa dengan sayap burung rajawali yang tiba-tiba berubah menjadi "berhati" manusia. Kedua, seekor beruang dengan tiga tulang rusuk yang masih tersisa dalam mulutnya bagai seekor predator yang sedang memamerkan mangsanya. Ketiga, macan tutul dengan empat sayap burung dan empat kepala yang memiliki kekuasaan. Sedangkan yang keempat tak jelas serupa dengan apa oleh karena sedemikian menakutkan dan dahsyat. Lebih dari itu binatang ini memiliki mata seperti mata manusia dan mulut yang sombong. Lalu penglihatan Daniel berpindah ke situasi pengadilan ketika muncul seorang tua yang sangat anggun duduk di takhta bersama Majelis Pengadilan. "Yang Lanjut Usianya" ini pastilah Allah Sang Pengadil. Pameran kekuasaan itu akhirnya berujung pada hukuman.

Kalau semua penglihatan ini dimaknai sebagai kerajaan-kerajaan yang akan datang, maka Babel tidak akan berumur panjang. Pada mulanya Allah memang memakai Babel untuk menghukum Israel, tapi kemudian "si penakluk" itu akan ditaklukan juga oleh yang lain. Begitu kira-kira jalan ceritanya, seperti roda kekuasaan yang terus berputar. Tapi pertanyaan ini terasa cukup mengganjal, mengapa empat binatang itu disejajarkan dengan kerajaan-kerajaan yang akan datang?. Bila kerajaan bersangkut paut dengan soal kuasa, seolah mau dikatakan ada kesamaan di antara kekuasaan dan sifat mahluk itu sendiri. Bahwa kekuasaan memiliki kecenderungan yang sama seperti binatang untuk memangsa dan menghabisi lawanya. Dengan adanya kecenderungan ini maka tak heran bila hal-hal yang menyangkut kekuasaan selalu memakan korban. Lihatlah ciri-ciri ini, garang, tidak berbelas kasihan, suka pamer kekuatan, angkuh dan sombong. Kalaupun ada yang "berhati manusia" hal itu bukanlah pengecualian. Tapi kita diingatkan, sama seperti semua binatang itu pada akhirnya dibawa ke sidang pengadilan Ilahi, maka semua penyimpangan yang dilakukan oleh pemangku kekuasaan akan dihakimi, dan Allah telah siap dengan keputusan-Nya. Tak ada satupun yang tak tercatat dalam kitab kehidupan, semua apa adanya. Sebesar apapun kuasa dan sekuat apapun penguasa membentengi dirinya akan seperti "macan ompong" ketika berhadapan dengan sidang pengadilan ini.

Renungan ini bukan bermaksud agar kita menghindari kekuasaan, sebab kuasa pada dasarnya bukan barang haram. Cuma kita diingatkan, kuasa tidak perlu ditampilkan secara berlebihan sehingga menjadi "monster" bagi siapa saja, baik pemangkunya maupun orang lain. Jangan suka memamerkan kekuasaan, apalagi bertujuan agar orang takut kepada kita. Kuasa itu sebetulnya diberikan untuk melengkapi kita dalam menjalankan panggilan hidup masing-masing, sebagai apapun kita, bukan untuk berkuasa atas segala sesuatunya dan bukan untuk menakut-nakuti orang. Kekuasaan memang bisa membesarkan kita, tapi sebaliknya kita pun bisa membesarkan kuasa sedemikian rupa. Tapi ingat, ketika kekuasaan semakin besar, resikonya kita akan digilas oleh kekuasaan itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan kearifan agar kuasa yang kita miliki, besar atau kecil, menjadi berkat bagi kita dan orang lain.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 05 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Daniel 7:1-10
1. Pada tahun pertama pemerintahan Belsyazar, raja Babel, bermimpilah Daniel dan mendapat penglihatan-penglihatan di tempat tidurnya. Lalu dituliskannya mimpi itu, dan inilah garis besarnya:
2. Berkatalah Daniel, demikian: "Pada malam hari aku mendapat penglihatan, tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar,
3. dan empat binatang besar naik dari dalam laut, yang satu berbeda dengan yang lain.
4. Yang pertama rupanya seperti seekor singa, dan mempunyai sayap burung rajawali; aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut dan ia terangkat dari tanah dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia, dan kepadanya diberikan hati manusia.
5. Dan tampak ada seekor binatang yang lain, yang kedua, rupanya seperti beruang; ia berdiri pada sisinya yang sebelah, dan tiga tulang rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya. Dan demikianlah dikatakan kepadanya: Ayo, makanlah daging banyak-banyak.
6. Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang yang lain, rupanya seperti macan tutul; ada empat sayap burung pada punggungnya, lagipula binatang itu berkepala empat, dan kepadanya diberikan kekuasaan.
7. Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu, tampak seekor binatang yang keempat, yang menakutkan dan mendahsyatkan, dan ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi; ia melahap dan meremukkan, dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya; ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu; lagipula ia bertanduk sepuluh.
8. Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu itu tercabut; dan pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong.
9. Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;
10. suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Daniel 2:26-45
26. Bertanyalah raja kepada Daniel yang namanya Beltsazar: "Sanggupkah engkau memberitahukan kepadaku mimpi yang telah kulihat itu dengan maknanya juga?"
27. Daniel menjawab, katanya kepada raja: "Rahasia, yang ditanyakan tuanku raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum.
28. Tetapi di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Nebukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang. Mimpi dan penglihatan-penglihatan yang tuanku lihat di tempat tidur ialah ini:
29. Sedang tuanku ada di tempat tidur, ya tuanku raja, timbul pada tuanku pikiran-pikiran tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari, dan Dia yang menyingkapkan rahasia-rahasia telah memberitahukan kepada tuanku apa yang akan terjadi.
30. Adapun aku, kepadaku telah disingkapkan rahasia itu, bukan karena hikmat yang mungkin ada padaku melebihi hikmat semua orang yang hidup, tetapi supaya maknanya diberitahukan kepada tuanku raja, dan supaya tuanku mengenal pikiran-pikiran tuanku.

Daniel 10:1
Pada tahun ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia, suatu firman dinyatakan kepada Daniel yang diberi nama Beltsazar; firman itu benar dan mengenai kesusahan yang besar. Maka dicamkannyalah firman itu dan diperhatikannyalah penglihatan itu.

Bacaan Alkitab Pararel: