Senin, 27 Februari 2012

Bumi Yang Baru Telah Tiba

Pengantar

Kitab Kejadian menyajikan awal kebenaran sejarah keselamatan dari Allah yang diperuntukan kepada segenap manusia. Kalau tidak ada kitab pertama yang ditulis oleh nabi Allah yakni Musa ini, kesannya tidak ada pengetahuan tentang awal kehadiran keberadaan Allah. Allah yang melalui kehadiran keberadaan-Nya di kemudian, membentuk suatu bangsa milik kepunyaan-Nya, dan bersamaan dengan perjalanan kurun waktu tertentu Allah pun menyelamatkan bangsa-Nya yakni Israel, dari kesia-siaan hidup akibat dari adanya pemutar-balikan fakta sejarah keselamatan dari Allah yang dilakukan oleh bangsa "lain" diluar dari kebangsaan Israel, misalnya bangsa yang hidup di daratan Mesir. Lebih spesifik dikenal melalui cerita perbudakan bangsa Israel di negeri asing, yakni dibawah kekuasaan Firaun di Mesir.

Adanya paham monotheisme Allah Israel merupakan wujud paham keagamaan yang sangat dipegang teguh oleh bangsa Israel atas merasakan adanya kinerja Allah, sebagai Sang Pencipta dari "yang tidak ada" ("ex nihilo") hingga tercipta "yang ada". "Yang ada", semuanya sebagai penghuni bumi yang dianggap berperan penting didalam menjaga keseimbangan hidup secara alami. Secara alami maksudnya, adalah kehidupan yang mengkhususkan pada keseimbangan antara kehidupan manusia dengan Allah yang pada hakekat-Nya sebagai Sang Pencipta, termasuk didalamnya Allah menciptakan manusia.

Dalam lompatan jauh sejarah kedepan terkait dengan keselamatan dari Allah, tetap tidak ada perubahan cara pandang Allah terhadap status manusia yakni tetap selama-lamanya sebagai umat-Nya. Terhadap manusia, Allah sendiri telah memperkenalkan kehadiran keberadaan diri-Nya, baik melalui Firman-Nya, maupun melalui keberadaan-Nya sebagai wujud dari penggenapan perjanjian-Nya terhadap manusia, yakni melalui pembebasan atas pergulatan hidup manusia itu sendiri. Kemudian, sebagai tanggapannya bahwa dianggap perlu oleh manusia untuk memenuhi tuntutan-tuntutan Allah, yakni supaya memiliki iman yang tidak diragukan oleh keberadaan Allah dan Firman-Nya. Untuk menjembatani perwujudan iman yang riil dan diarahkan hanya kepada Allah, maka perlu melihat dan memahami makna dari ceritera Nuh dalam rangka menghadirkan iman kita yang lebih baik.

Tafsir Perikop Bacaan

Kita mulai dari kurun waktu lewat empat puluh hari, Nuh membuka tingkap bahteranya. Dalam rangka menilik situasi diluar bahteranya, yakni setelah turunnya air bah. Secara spontan, untuk pertama kali Nuh melepaskan seekor burung gagak, ternyata burung itu terbang pulang pergi, pertanda bahwa air bah belum benar-benar kering dari permukaan bumi. Berikutnya, sebanyak tiga kali Nuh mempergunakan burung merpati untuk memastikan diluar bahteranya, apakah air bah benar-benar sudah kering. Terlihat ketika yang terakhir kalinya burung merpati itu tidak kembali kedalam bahtera, hal ini menandakan bahwa benar-benar air bah sudah kering dari permukaan bumi. Kemudian Nuh membuka tutup bahteranya, bahkan dia melihat keluar ternyata permukaan bumi sudah mulai kering atas banjir air bah yang mendahsyatkan bagi segenap makhluk hidup di bumi. Sungguh bumi itu telah kering!.

Begitu cara Allah memberikan hikmat kepada Nuh untuk menilik keluar setelah air bah diturunkan-Nya dari tingkap-tingkap langit (tsunami yang ketinggian airnya menembus tingkap-tingkap langit) [Kejadian 7:11], dan sebelum Allah sendiri menciptakan segala sesuatu kehidupan diatas bumi yang baru. Suatu kehidupan yang baru diatas bumi segera tiba. Kemudian kehidupan yang baru itu berada dibawah kedaulatan Allah. Oleh karena itu, Allah sendiri bernada memiliki rencana-Nya untuk membuat kebebasan hidup dari orang-orang pilihan-Nya. Dibalik kehidupan yang baru, manusia akan selalu mengalami kebebasan hidup diatas permukaan bumi. Bersamaan dengan itu, manusia semakin memiliki kesempatan untuk memasuki masa depan kehidupan yang tertib dihadapan Allah. Maksudnya, manusia yang hidup didalam kehidupannya, sekarang ini harus selalu menaikan rasa penuh syukur atas pemberian kebebasan hidup dari Allah. Karena Allah yang berdaulat akan terus-menerus memenuhi kehidupan manusia melalui kebersamaan-Nya.

Kita harus belajar dari pengalaman rohani Nuh, dia telah mengalami dan menikmati kehidupan bersama Allah, seperti yang pernah dialami diatas bahteranya. Namun, setidaknya Allah yang penuh Rahmat, merupakan Allah bagi kita yang dengan segala kebebasan hidup, kita harus terus-menerus melakukan apa yang baik bagi-Nya. Sudah selayaknya kini kita mengucap syukur kepada Allah, atas Rahmat yang terjadi terhadap Nuh, sebagai simbol kehadiran bumi yang baru yang mengalami Rahmat hingga pada kehidupan di angkatan masa kini. Dengan berkeyakinan atas iman hanya kepada Allah, maka Dia pasti bersama-sama dengan kita dan memenuhi upaya kita untuk hidup didalam kebebasan di bumi yang baru. Suatu bumi yang masih perlu ditabur dan dituai, sehingga kelak apa yang kita tabur maka itulah yang akan kita tuai. Menabur angin akan menuai puting beliung [Hosea 8:7] atau menabur kejahatan akan menuai hukuman Allah. Apakah yang sesungguhnya kita tabur di masa kini?. Jawabannya berada pada masing-masing diri kita sendiri!. Taburlah apa yang berkenan bagi Allah, sehingga menimbulkan rasa syukur hanya kepada Allah dan Firman-Nya.

Pertanyaan Reflektif
  1. Sejauh mana pengenalan terhadap kuasa Allah didalam Firman-Nya yang membebaskan pergumulan hidup yang terjadi pada diri kita?.
  2. Makna apa yang dapat diperoleh dari cerita bacaan ini, terutama untuk membangun masa depan iman kita hanya kepada Allah?.
  3. Apakah masih perlu berhikmat didalam Firman Allah?. Agar kita dapat mengisi kehidupan sehari-hari dengan pengetahuan tentang yang baik bagi Allah dan sesama yang lain.
  4. Bagaimana cara kita berhikmat selama ini?. Perlihatkan kepada yang lain di sekeliling kehidupan kita!
  5. Apakah kita sudah puas hanya mendengar dan menikmati Firman Allah?.
  6. Bagaimana tanggapan terhadap keselamatan yang dikerjakan oleh Allah bagi kehidupan kita?.
  7. Apa yang kita tabur sekarang agar kita selamat?. Dan apa pula yang kelak akan kita tuai agar kita pun selamat?.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 29 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:


Kejadian 8:6-14
  1. Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu.
  2. Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi.
  3. Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi.
  4. Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera.
  5. Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera;
  6. menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi.
  7. Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya.
  8. Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering.
  9. Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, bumi telah kering.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Kejadian 7:11
Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit.

Hosea 8:7
Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka; tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka orang-orang lain menelannya.

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 27 Feb 2012 15:26

0 komentar:

Posting Komentar