Kamis, 23 Februari 2012

Beriman Hanya Kepada Allah

Kitab Kejadian, merupakan sajian awal dari nilai kebenaran sejarah keselamatan dari Allah yang diperuntukan bagi orang-orang yang beriman hanya kepada Allah. Kalau tidak ada kitab pertama yang ditulis oleh Musa ini, tentu tidak akan ada pengetahuan awal tentang sejarah keberadaan Allah. Allah yang melalui poros sejarah, keberadaan-Nya membentuk suatu bangsa-Nya dan seiring dengan kurun waktu tertentu, Allah pun menyelamatkan bangsa-Nya yakni Israel, dari kesia-siaan hidup yang diakibatkan dari adanya perlawanan Israel terhadap kebenaran fakta sejarah keselamatan dari Allah Israel. Misalnya, munculnya paham monotheisme terhadap Allah Israel, adalah jelas-jelas wujud kebenaran fakta sejarah keselamatan dari Allah yang sangat dipegang teguh paham ini oleh bangsa Israel. Suatu paham yang bertolak dari iman kebangsaan Israel terhadap kinerja atau karsa Allah sebagai Sang Pencipta. Sang Pencipta yang menciptakan dari "yang tidak ada" ("ex nihilo") hingga menjadi "yang ada", sebagai penghuni bumi sehingga manusia dianggap memiliki peran penting didalam menjaga keseimbangan hidup. Terutama keseimbangan hidup antara kehidupan manusia dalam statusnya sebagai umat Allah dengan Allahnya manusia itu sendiri yang berkuasa atas kehidupan di bumi ciptaan-Nya.

Jika melampaui lompatan jauh sejarah ke masa depan tentang keselamatan dari Allah Israel, maka dalam kaitan ini tetap memahami status manusia adalah sebagai umat Allah. Terhadap umat-Nya, Allah telah memperkenalkan diri-Nya baik melalui kehadiran firman-Nya ataupun melalui kehadiran keberadaan Allah, sebagai wujud kehadiran keselamatan daripada-Nya yang diperuntukan bagi segenap manusia. Kemudian sebagai tanggapannya, maka seharusnya umat-Nya harus tetap mampu memenuhi tuntutan-tuntutan Allah yang inheren sudah merupakan perwujudan iman yang terapresiasi didalam kinerja atau karsa yang berkualitas tinggi dan tidak diragukan oleh Allah didalam firman-Nya.

Pertanyaannya: Bagaimanakah sikap kita, sebagai umat-Nya jika diperhadapkan dengan fenomena bumi yang penuh persoalan yang akan berdampak pada perbuatan dosa terhadap Allah?. Apakah sikap kita, sebagai umat-Nya memberontak atau meninggalkan kehadiran keberadaan Allah?, atau sebaliknya. Apakah sikap kita, sebagai umat-Nya menerima kehadiran keberadaan Allah melalui firman-Nya yang penuh rahmat?. Hanya ada satu jawaban iman yang dapat diwujud-nyatakan oleh umat Allah, yakni menghadirkan iman melalui kinerja atau karsa disepanjang sejarah penyelamatan yang dikerjakan Allah terhadap umat-Nya yang hingga kini belum berakhir. Allah selalu setia, dan selalu siap menyelamatkan umat-Nya dari hal-hal "normatif, etis dan spirituil" yang rawan akan menimbulkan dosa sekalipun itu sudah terjadi selama ini di hadirat-Nya.

Oleh karena itu, ada hubungan yang kental antara iman dengan Allah yang tersurat pada cerita nyata di zaman purba tentang air bah yang merupakan wilayah kuasa Allah. Pada cerita tersebut kehadiran Nuh sebagai peran utama menjadi perwujudan iman yang terpaut erat dengan Allah, ketimbang orang-orang yang tidak sama posisi kehidupannya dengan nabi Allah ini. Setidaknya Nuh sudah memperlihatkan diri tidak hanya terbatas sebagai seorang nabi Allah, tetapi dirinya sedang mempolakan tatanan hidup yang beriman kepada Allah. Dan bertepatan dengan dengan munculnya penilikan Allah terhadap karya cipta-Nya, bahwa menurut-Nya telah mengalami kerusakan bumi akibat dari adanya kekerasan hidup antar hubungan manusia yang hidup di zaman Nuh, dan semua ini berdampak pada kekerasan terhadap Allah. Peristiwa air bah merupakan kiat Allah dalam merencanakan pembaharuan dan pengembangan kehidupan manusia di bumi yang kelak mampu menghadirkan iman yang taat kepada Allah dan firman-Nya.

Bumi manusia sedang diperhadapkan pada posisi penghukuman Allah yang tidak dapat dielakan oleh kuasa yang berada pada diri manusia. Atau, merupakan hukuman Allah yang akan membersihkan pola hidup manusia yang kotor dimuka bumi dengan mendatangkan air bah. Atau pun, air bah merupakan keputusan akhir dari Allah untuk membersihkan bumi dari segala kekotoran isinya. Pada saat itu, adalah Nuh dan seisi keluarganya yang memiliki iman kepada Allah, diperintahkan oleh Allah untuk membuat konstruksi bangunan bahtera yang harus ditaati, tanpa harus menentangnya. Dengan maksud Allah, bahwa air bah akan didatangkan-Nya dan perjalanan bahtera akan berada pada kuasa tangan Allah. Itu sebabnya, Nuh harus taat pada perintah tentang konstruksi bangunan bahtera yang dikehendaki Allah. Bukan sekedar konstruksi bangunan dengan skala ukuran "panjang dikalikan lebar sama dengan luas", tetapi lebih spesifik Allah sedang menguji khususnya iman Nuh dihadapan-Nya.

Bertolak pada cerita Nuh, maka ada iman yang tersembunyi didalam kehidupan kita, ketika kita memasuki sejarah masa depan bersama Allah. Tentu banyak hal yang terkait dengan iman yang akan kita munculkan, tetapi satu hal yang pasti, bahwa keselamatan hidup sumbernya hanya dari Allah, dan itupun dapat diperoleh karena iman. Iman harus ditumbuh-kembangkan melalui kinerja atau karsa melalui kehidupan dan dipersembahkan kepada Allah. Karena itu, bagi kehidupan kita yang berada pada sejarah angkatan masa kini, masih ada celah untuk melakukan pembaruan diri. Kita harus belajar banyak dari Nuh yang memiliki iman yang sudah teruji oleh Allah melalui firman-Nya. Demikian siapkan diri untuk menerima didikan Firman Tuhan, agar memiliki kedisiplinan hidup rohani yang mewujud-nyatakan kualitas iman kepada Allah dan Firman-Nya, misal melalui aktifitas berumah-tangga, bergereja, bermasyarakat ditengah-tengah pluralisme kultur keagamaan di bumi ciptaan Allah. Amin.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 26 Februari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Kejadian 6:9-17
  1. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
  2. Nuh memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet.
  3. Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.
  4. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.
  5. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.
  6. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.
  7. Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya.
  8. Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.
  9. Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Bacaan Alkitab Pararel:

Post: 23 Feb 2012 11:42

0 komentar:

Posting Komentar