Surat Ibrani ditulis oleh orang yang tidak diketahui identitasnya. Ada upaya-upaya untuk menghubungkan surat Ibrani itu sebagai buah pena dari rasul Paulus. Misalnya, ada beberapa terjemahan dari versi Alkitab memberikannya judul "Surat Paulus kepada orang Ibrani" namun menurut para ahli hal itu kurang tepat. Ada beberapa alasan, menurut John Drane dalam bukunya : "Memahami Perjanjian Baru" ada 6 (enam) alasan, 3 (tiga) diantaranya adalah :
Pertama,
"bahwa surat ini tidak dalam bentuk surat yang lazim. Apabila Paulus menulis surat, ia selalu mengikuti kebiasaan umum para penulis surat Yunani"; misalnya, Paulus selalu mengawali suratnya dengan sapaan dalam bentuk salam kepada para pembacanya. Setelah itu barulah ia menyampaikan isi suratnya, dan diakhiri dengan salam penutup. Hal tersebut tidak nampak dalam surat Ibrani;
Kedua,
dari segi bahasa serta gaya bahasa, surat Ibrani sangat berbeda jika dibandingkan dengan surat-surat Paulus. Surat Ibrani mempunyai gaya bahasa Yunani yang terbaik di seluruh Perjanjian Baru, dan mencapai standar sastra yang jauh lebih tinggi daripada yang dapat dicapai oleh Paulus;
Ketiga,
pokok-pokok yang menjadi perhatian dalam surat Ibrani juga sangat berbeda dengan hal-hal yang diperhatikan Paulus (penjelasan dari pokok ini serta alasan-alasan lainnya silahkan baca buku John Drani).
Karena tidak diketahui identitasnya, Origenes, bapa gereja dari abad ketiga pernah mengatakan bahwa "hanya Allah yang mengetahui siapa sebenarnya penulis surat ini".
Kitab Ibrani yang ditulis pada masa menjelang
penganiayaan yang dicetuskan oleh kaisar Nero ditujukan kepada jemaat
yang berlatar-belakang Yahudi Helenis di Roma. Tujuan penulis menulis
surat ini untuk memberikan kekuatan dan penghiburan kepada jemaat agar
mereka tetap mempertahankan iman kepada Kristus di tengah berbagai
tekanan hidup yang sedang mereka hadapi. Karena tekanan hidup ini maka
ada kecenderungan jemaat untuk kembali kepada keyakinan mereka yang
dahulu yaitu kembali kepada agama Yahudi, sebab pada waktu itu agama
Yahudi merupakan agama yang diizinkan menurut hukum Roma, sedangkan
agama Kristen tidak. Alasan lain penulis surat Ibrani menulis surat ini
adalah memang ada kenyataan yang terjadi bahwa orang Kristen yang
berlatar belakang Yahudi masih saja mengikuti tuntutan-tuntutan hukum
Taurat dalam agama Yahudi, misalnya sunat, dan tetap mempersembahkan
korban di Bait Allah.
Terhadap
penindasan dan penganiayaan yang dialami oleh pembaca surat ini, penulis
surat Ibrani dengan sungguh-sungguh menasehati dan meyakinkan mereka
agar mereka tidak melepaskan kepercayaannya kepada Kristus, sebab besar
upah yang menanti mereka (Ibrani 10:35).
Pemahaman Teks
Dalam teks ini, penulis surat Ibrani mengungkapkan kunci utama bagaimana cara orang percaya mendapatkan apa yang dijanjikan, yaitu melalui KETEKUNAN (Ibrani 10:36).
Memang untuk mendapatkan sesuatu tidaklah mudah, sebab banyak tantangan
dan rintangan yang menghadang. Karena itu dibutuhkan kerja keras,
dibutuhkan semangat yang tidak pernah memudar, dibutuhkan komitmen yang
tinggi. Artinya, untuk mendapat sesuatu, seseorang harus menjadi pejuang
yang tangguh. Dalam diri seorang pejuang yang tangguh tidak mengenal
istilah menyerah (never give up). Itulah yang disebut dengan ketekunan.
Penulis surat Ibrani memotivasi para pembacanya agar mereka
sungguh-sungguh bertekun dalam mempertahankan keyakinan mereka kepada
Kristus sampai Kristus datang. Karena Kristus tidak akan menangguhkan
kedatangan-Nya (Ibrani 10:37). Mereka harus hidup dalam
kebenaran, yaitu tetap beriman kepada Kristus apapun rintangan yang
menghadang mereka tidak boleh menyerah, tidak boleh mundur. Sebab kalau
mereka menyerah dan mundur dari keyakinannya, maka Allah tidak berkenan
kepada mereka (Ibrani 10:38). Apa dampaknya jika mereka
mengundurkan diri?. Dampaknya adalah mereka tidak mendapatkan apa yang
dijanjikan yaitu mahkota kemuliaan dalam bentuk kehidupan yang kekal
bersama Yesus di sorga; melainkan kebinasaan. Tetapi kita, kata penulis
surat Ibrani, bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa,
tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup (Ibrani 10:39).
Pertanyaan
- Apa yang melatar-belakangi sehingga penulis surat Ibrani menasehati dan mendorong para pembacanya untuk bertekun?.
- Menurut penulis surat Ibrani apakah dampak jika umat Tuhan bertekun dalam kepercayaannya, dan apakah dampak jika mereka tidak bertekun dalam kepercayaannya?.
- Dalam konteks kehidupan sekarang, apakah situasi yang saudara alami sama seperti yang dialami umat Tuhan yang menjadi alamat surat ini?. Jika ya ataupun tidak, bagaimana saudara mengaplikasikan ketekunan dalam perjuangan iman saudara?.
Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Rabu, 14 Maret 2012
Bacaan Alkitab Utama:
Ibrani 10:36-39
- Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
- Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
- Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.
- Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.
Bacaan Alkitab Lainnya:
Ibrani 10:35
Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.
Bacaan Alkitab Pararel:
Catatan:
Yahudi Helenis :Orang-orang Yahudi yang bahasa dasar sehari-harinya bahasa Yunani.
Post: 12 Maret 2012 12:02
0 komentar:
Posting Komentar