Kamis, 19 Januari 2012

Sikap Reaktif Yang Keliru

Kota-kota masa kini berkembang dengan sangat pesat. Kita cenderung menerima perkembangan kota dengan bangga. Apalagi jika perkembangan itu berlangsung secara fisik. Bagaimana anda melihat, mengamati dan menghayati keadaan disekitar di sekitar kediaman anda?. Sebagai contoh, jika saya mengamati dan memahami keadaan sekitar tempat saya di Salemba Tengah, Jakarta. Ada 2(dua) Perguruan Bina Sarana Informatika (BSI), Universitas Indonesia (UI), Lembaga Pendidikan Tinggi Yayasan Administrasi Indonesia (YAI), Sekolah Bahasa Perancis. Di area ini juga ada SMA 68, 4(empat) Rumah Sakit, Mesjid dan Gereja. Ada pasar pakaian, pasar elektronik dan pasar alat-alat bangunan, 6(enam) toko swalayan Indo Mart dan Alfa Mart, 7-Eleven, Mac Donald, hotel berbintang dan beberapa gedung bertingkat tinggi.

Ironisnya, hampir tidak ada tempat bagi pejalan kaki. Bukan tidak ada trotoar, tetapi trotoar itu sudah berubah fungsinya, menjadi tempat berjualan, kaki lima, penjaja koran, tempat parkir motor mahasiswa, tempat parkir mobil 7-Eleven, dan para mahasiswa yang mengangkang dengan obrolan santai di badan-badan jalan. Jika suatu saat anda berjalan kaki di sini, maka anda akan menjadi orang yang sungguh-sungguh terpinggirkan di badan jalan yang mestinya menjadi hak dan milik anda.

Kecendrungan ini merupakan tanda-tanda perkembangan suatu kota modern. Ia bertumbuh tidak lagi sebagai kota yang segar, tetapi yang menggusur, dari orang yang punya uang terhadap yang tidak punya, dari orang yang mengemas hidup terhadap yang ingin hidup, campur baur dalam ketidakteraturan.

Tidak semua kota berkembang begini. Ada juga kota yang bertumbuh dengan teratur, karena sejak awal diarahkan untuk teratur. Saya kenal kota Tarakan di Kalimantan Timur. Kota ini secara tradisi memperoleh penghargaan kota terbersih pertama (dan teratur) 5(lima) kali berturut-turut di propinsi Kalimantan Timur. Jika anda bangun pada jam 02:00 pagi dan mencoba menyisir jalan, maka anda akan berjumpa dengan para penyapu jalan yang sedang melakukan tugasnya dengan setia.

Pada waktu suatu Tim kecil membicarakan Pelayanan Masyarakat Kota dan Industri, pada waktu itu dibahas tentang bagaimana pemahaman Gereja tentang perkembangan wilayah kota masing-masing. Apa peranan gereja untuk melayani kota dengan berbagai kecenderungannya?. Hal itu yang dibahas secara mendalam oleh Semiloka GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) tentang PMKI (Persekutuan Masyarakat Kristen Indonesia).

Nabi Yeremia yang Tuhan utus, ketika mau melakukan tugasnya yang cukup berat, ia harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini. Pertama, ia berusaha sungguh-sungguh untuk mendengar isi Firman Tuhan kepadanya. Kedua, ia berhadapan dengan umat yang datang ke Bait Tuhan untuk sujud beribadah kepada Tuhan. Ketiga, ia bertugas memberitakan Firman Tuhan secara lengkap, tanpa ada pengurangan. Keempat, tujuan nubuatnya agar umat berbalik dari tingkah lakunya yang jahat. Kelima, dengan bertobat, diharapkan Tuhan akan menyesal atas rancangan-Nya untuk mendatangkan malapetaka bagi mereka. Keenam, membaharui tekad dan perilaku dengan sungguh-sungguh menaati Tuhan dan Taurat-Nya, serta mendengar para nabi utusan Tuhan. Dengan cara demikian diharapkan umat Tuhan akan terbebas dari hukuman Tuhan yang dahsyat itu. Kecenderungan kota dan industri dewasa ini adalah meningkatnya rasa egoisme, materialisme dan hedonisme yang berlebihan sehingga mengakibatkan hilangnya rasa persaudaraan sejati.

Dewasa ini dibutuhkan pertobatan dan pemulihan kembali dari dosa dan penyesatan yang terjadi dalam masyarakat. Kita butuh peringatan para pemimpin gereja akan kesadaran ini. Kita juga butuh untuk membedah kecendrungan warga masyarakat dan warga gereja mengelola hidup perkotaan dan keagamaan dengan tulus dan jujur. Kita harus berani menghindari berbagai penyesatan. Kita butuh pembaharuan komitmen dalam menangani pelayanan masyarakat kota dan industri, berupaya menjauhi masyarakatnya dari hukuman Tuhan untuk mendatangkan damai sejahtera bagi semua ciptaan Tuhan.

Pada tanggal 21 - 23 Pebruari 2012 akan dilaksanakan Konven Pendeta GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat). Telah berulang kali Konven Pendeta GPIB ini dilaksanakan. Persoalannya apakah percakapan yang dilakukan di sini hanya berkaitan dengan profil pendeta, kesejahteraan pendeta, pergumulan pendeta seperti yang beberapa kali diperbincangkan. Ada baiknya Konven Pendeta GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) dapat dikembangkan untuk menggumuli permasalahan masyarakat yang makin jatuh dalam kemiskinan dan apa peranan gereja yang dipimpin oleh pendeta untuk mengatasinya?. Kiranya Tuhan memberikan jalan yang terang untuk menemukan jalan keluarnya.

Sabda Guna Dharma-Krida untuk Hari Minggu, 22 Januari 2012

Bacaan Alkitab Utama:

Yeremia 26:1-7
1. Pada permulaan pemerintahan Yoyakim, anak Yosia raja Yehuda, datanglah firman ini dari TUHAN, bunyinya:
2. Beginilah firman TUHAN: "Berdirilah di pelataran rumah TUHAN dan katakanlah kepada penduduk segala kota Yehuda, yang datang untuk sujud di rumah TUHAN, segala firman yang Kuperintahkan untuk kaukatakan kepada mereka. Janganlah kaukurangi sepatah katapun!
3. Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena perbuatan-perbuata mereka yang jahat.
4. Jadi katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN: Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti Taurat-Ku yang telah Kubentangkan di hadapanmu,
5. dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, --tetapi kamu tidak mau mendengarkan--
6. maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi."
7. Para imam, para nabi dan seluruh rakyat mendengar Yeremia mengucapkan perkataan-perkataan itu dalam rumah TUHAN.

Bacaan Alkitab Lainnya:

Bacaan Alkitab Pararel:

0 komentar:

Posting Komentar